Paspor atas nama Sony Laksono dengan foto pria mirip Gayus Tambunan dan digunakan melancong ke luar negeri diendus Kemenkum HAM. Jika benar Gayus pemilik paspor itu, dikhawatirkan tidak ada lagi zona steril KKN di negeri ini.

Terungkapnya pelesiran Gayus 'Sony Laksono' Tambunan ke luar negeri menghentak publik. Memang belum ada pengakuan Gayus kalau dirinya yang pergi ke Macau dan Kuala Lumpur. Namun dinilai ada sistem hukum yang salah.

Tim khusus dari Kemenkum HAM telah bertemu Gayus Tambunan. Namun, Gayus tidak mau banyak komentar. Terdakwa kasus mafia hukum ini meminta tim bertemu dulu dengan majelis hakim yang menangani perkaranya.

Ada 2 nomor paspor yang hilang dari daftar Imigrasi. Nomor paspor itu milik Margareta, bocah berusia 5 tahun yang nomor paspornya digunakan Sony Laksono, dan ayah Margareta.

Menkum HAM Patrialis Akbar menyatakan paspor atas nama Sony Laksono tercatat kembali dari Singapura pada tangal 2 Oktober 2010. Sony yang diyakini banyak pihak sebagai Gayus Tambunan ini menggunakan pesawat Air Asia menuju Indonesia.

Kemenkum HAM Jatim, kembali mendatangi Lapas Bojonegoro untuk melanjutkan pemeriksaan administrasi terkait penerimaan napi palsu. Dari hasil pemeriksaan itu, mereka tidak menemukan adanya pelanggaran administrasi.

Menkum HAM Patrialis Akbar mengadakan pertemuan dengan tim khusus yang menyelidiki paspor Sony Laksono yang diduga adalah Gayus Tambunan. Pertemuan ini terkait perkembangan penyelidikan yang dilakukan tim.

Menkum HAM Patrialis Akbar mengaku sistem pembuatan paspor belum sempurna menyusul digunakannya nomor paspor milik Margareta (5) oleh Sony Laksono yang diduga Gayus Tambunan. Pihak Inspektorat Kemenkum HAM sedang menyelidikinya.

Kabar akan dilakukannya reshuffle kabinet atas sejumlah menteri terus menguat. Partai Demokrat (PD) pun meminta partai-partai koalisi untuk bersiap-siap kehilangan posisi menteri di kabinet.

Menkum HAM Patrialis Akbar mendapat tamparan besar karena Gayus Tambunan diduga kembali plesiran dengan status tahanan. Anggota Komisi III DPR Ahmad Yani menuding, kasus tersebut sengaja dimunculkan untuk menyingkirkan Patrialis dari jabatannya.