Perkembangan zaman menuju era yang lebih maju tentunya tak bisa ditahan. Seiring berkembangnya zaman, pola asuh orang tua terhadap anak pun mengalami perubahan.

Anda di jalanan Jakarta sore ini, klakson bersahutan dan polusi kendaraan mengepul. Sabar dulu, Jakarta masih lebih baik dari 20 kota di dunia paling berpolusi yang bisa membahayakan paru-paru wisatawan.

Selama ini kita sudah cukup paham mengenai bahaya polusi udara di luar ruangan terhadap kesehatan. Maka kita menjadi lebih waspada dan menggunakan pelindung saat beraktivitas di luar ruangan

Siapa sangka ada kekuatan besar di balik serbuk hitam ini? Dalam dunia kesehatan, substansi organik yang disebut karbon aktif ini banyak digunakan untuk pemurni racun.

Sebagai salah satu kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Tiongkok, otoritas Beijing baru-baru ini mengeluarkan peraturan baru yang cukup unik. Penduduk Beijing dilarang memanggang makanan atau barbekyu di luar rumah.

Setiap hari kita terkena paparan polusi saat berangkat dan pulang kerja. Selama berada di jalan, kita diserang oleh asap knalpot kendaraan bermotor, debu dan sengatan sinar matahari.

Sekitar 70-80 persen pencemaran udara di kota berasal dari sektor transportasi. Percemaran tersebut telah melebihi ambang batas yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, bahkan bisa berujung kematian.

Jangan mengeluh dulu soal polusi di Jakarta. Faktanya, kota paling berpolusi di dunia ternyata adalah New Delhi di India. Polusi di sana bahkan bisa menyebabkan kanker paru-paru. Wisatawan yang datang, harus waspada!

Polusi yang begitu tinggi di jalan raya mengharuskan para pemotor untuk pakai masker atau kain penutup muka. Dokter paru tidak menyarankan untuk membasahi masker atau kain tersebut, sebab cara ini justru meningkatkan risiko infeksi.

Tubuh manusia punya mekanisme pembuangan racun, termasuk racun-racun yang terhirup melalui pernapasan. Agar mekanisme tersebut berjalan baik, dokter menganjurkan untuk secara berkala pergi ke tempat-tempat yang udaranya berkualitas.