Terbongkarnya kasus jual beli vaksin anti rabies (VAR)  membuat RSUD Buleleng, Bali, terpojok. Mereka mengembalikan uang pasien Rp 188 ribu. Namun, keluarga pasien menolak dan mengembalikannya uang itu ke RS.

RSUD Buleleng akhirnya mengaku telah menjual vaksin anti rabies (VAR) kepada pasien Yogi (8) seharga Rp 188 ribu. Padahal VAR seharusnya dibagikan gratis sejak Bali ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies.

Kasus vaksin anti rabies yang dijual RSUD Buleleng kepada pasien YG (8) seharga Rp 188 ribu mendapat sorotan dewan. DPRD Bali bakal memanggil Dinas Kesehatan Bali untuk meminta klarifikasi.

Kasus jual beli vaksin anti rabies (VAR) di Bali menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Sebab saat ini rabies di Bali berstatus KLB. Pemprov Bali pun didesak agar mengadakan VAR dalam jumlah besar.

RSUD Buleleng menjual vaksin anti rabies (VAR), yang seharusnya dibagikan secara gratis, seharga Rp 188 ribu kepada dua pasien. Rumah Sakit ini berdalih kehabisan stok VAR karena lambat mengambil jatah ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Kasus jual beli vaksin anti rabies (VAR) di Bali membuat DPRD Bali geram. Mereka mencium ada aroma praktek mafia jual jual beli VAR antara pihak rumah sakit dengan swasta di Bali.

Bali telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies. Pemerintah pun gencar mempromosikan Vaksin Anti-Rabies (VAR) gratis kepada masyarakat. Namun, masyarakat harus bersusah payah mendapatkan VAR tersebut secara gratis.

Kasus jual beli vaksin anti rabies (VAR) seharga Rp 188 ribu kepada pasien mendapat kecaman keras dari berbagai pihak.  DPRD Bali bakal melaporkan kasus jualbeli vaksin oleh pihak rumah sakit ke polisi.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika kecewa dengan kasus vaksin anti rabies (VAR) yang dijualbelikan oleh rumah sakit. Ia berjanji bakal mengusut kasus ini.

Pemerintah Provinsi Bali mencanangkan Bali bebas rabies dengan membagikan vaksin anti rabies (VAR) secara gratis ke seluruh kabupaten/kota. Namun kenyataanya, vaksin gratis itu sangat susah didapat.