Mabes Polri telah mengeluarkan edaran untuk tidak lagi memberikan izin penggunaan senjata api (senpi) untuk keperluan pribadi. Keputusan ini diambil mulai bulan Agustus 2010.

Karena maraknya perampokan dengan menggunakan senjata, Polri kini menarik sejumlah senjata api milik sipil dan pensiunan TNI-Polri. Mantan Wakil Presiden era Soeharto, Try Sutrisno, pun sepakat dengan kebijakan Polri tersebut.

Sebuah SMS berisi ancaman perampokan bank membuat jajaran kepolisian di Kota Kediri menerapkan kewaspadaan penuh. Dalam SMS itu disebutkan, para perampok yang akan melakukan aksinya dilengkapi dengan senjata api (senpi).

Polisi terlibat kejar-kejaran dengan sepasang pemotor. Polisi sebelumnya curiga dengan dengan pelaku yang mengebut melawan arus. Mereka diduga pelaku curanmor.

Maraknya penggunaan senjata api (senpi) membuat polisi menerapkan aturan lebih ketat. Kepada semua pemilik senjata diminta untuk menyerahkan senjatanya ke polisi.

Polisi menangkap satu dari 2 perampok yang mengincar Bank BCA Dewi Sartika. Rekan perampok yang membawa senjata api jenis FN, melarikan diri dari kepungan.

Kawanan perampok bersenpi berhasil menggasak ratusan juta uang juta milik Koperasi Karyawan PT. Telkom, Jumat (20/8) kemarin. Total uang yang diambil sebesar Rp 740 juta.

Kepolisian menyatakan bahwa pelaku perampokan toko emas di Pasar Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, tidak ada keterlibatan anggota TNI/Polri. Para pelaku adalah masyarakat sipil.

Dari penangkapan pelaku perampokan toko emas di Tebet, Jakarta Selatan, polisi menyita 1 kilogram emas hasil jarahan yang tersisa. Sementara pelaku membawa 6 kilogram emas dari toko tersebut.

Seorang kepala desa di Sumenep, Madura yang membawa senjata api (Senpi) diringkus polisi. Dia tertangkap dalam operasi cipta kondisi di pintu masuk kota.