Investor saham benar-benar melakukan konsolidasi yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diposisi stagnan. Investor memilih hati-hati karena masih banyak sentimen negatif yang berkeliaran di pasar.

Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa ditahan. Sempat merosot tajam di awal-awal perdagangan, IHSG akhirnya bisa bangkit di akhir sesi.

Harga minyak yang menjulang hingga US$ 123 per barel membuat pasar finansial tertekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah melorot signifikan.

Kenaikan harga saham tambang mampu menyelamatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari jalur merah. Saham tambang menjadi idola seiring naiknya harga minyak dunia. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (7/5/2008), IHSG naik 10,872 poin (0,46%) ke posisi 2.382,699. Indeks LQ-45 naik 1,636 poin (0,32%) ke posisi 511,717 dan Jakarta Islamic Index (JII) naik

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan di teritori negatif pada sesi siang ini yang dimotori anjloknya saham bank dan Telkom. Pada perdagangan saham sesi I, Rabu (7/5/2008), IHSG turun 0,567 poin (0,02%) ke posisi 2.371,260. Sebaliknya rupiah pada perdagangan valas pukul 12.00 WIB, turun 20 poin ke level 9.225 per dolar AS.

Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan BI Rate 0,25% menjadi 8,25% membuat saham-saham perbankan dan otomotif terkulai. Indeks Harga Saham Gabungan ikut tertekan penurunan saham itu.

Pasar saham dalam negeri melemah terkena aksi ambil untung. Rupiah pun ikut tertekan karena pasar masih bingung dengan besaran BI Rate.

Pasar saham dalam negeri melesat tajam dengan dorongan kenaikan saham-saham unggulan yang fantastis. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) unjuk gigi di level 2.387.

Pasar saham masih mengandalkan kinerja laporan keuangan emiten triwulan I-2008 yang sudah banyak terbit. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju cepat ke 2.372.

Inflasi April mencatat rekor 0,57%. BPS juga memperingkatkan ancaman inflasi yang bisa menembus 9%. Namun ancaman inflasi itu tak terlalu menggoyahkan pergerakan IHSG