Seperti halnya bullying fisik, cyberbullying juga memberikan efek yang sama bagi si korban. Kendati begitu si pelaku maupun orang yang menjadi saksi aksi bullying ternyata juga dapat merasakan efek negatif serupa.

Selain memudahkan komunikasi dan pertukaran informasi, teknologi juga memiliki dampak negatif yang cukup berbahaya. Salah satunya melalui cyberbullying yakni penggunaan teknologi untuk melecehkan, mengancam, atau memperlakukan orang lain terutama bagi kalangan remaja.

Hidup memang bisa semakin mudah dengan bantuan teknologi. Sayangnya, kemajuan teknologi juga bisa berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak, salah satunya karena banyaknya ancaman cyberbullying.

Siapa tak kenal media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram? Meski terkesan bebas, interaksi di media sosial harus dibatasi. Jika salah, Anda bisa menjadi korban cyberbullying, atau bahkan menjadi pelakunya.

Ketika ada anjing menggonggong, jadilah kafilah yang cuek maka Anda akan baik-baik saja. Ungkapan ini selalu cocok diterapkan untuk menghadapi tukang bully.

Sambil cekikikan, seorang remaja menuliskan komentar di status Facebook salah satu temannya, "Diem lu, monyong!". Niatnya memang cuma bercanda, tapi lucukah itu?

Siapa yang tidak kenal Twitter? Mikroblogging yang satu ini begitu dikenal, bahkan hingga ke kalangan anak dan remaja sebagai salah satu media sosial untuk menjalin kontak dan pertemanan.

Apakah Anda dan anak-anak Anda aktif di media sosial? Jika iya, salah satu hal yang perlu diwaspadai adalah cyberbullying alias perlaku bully yang dilakukan dengan memanfaatkan dunia maya.

Kesuksesan yang dirasakan Victoria Beckham sekarang didapatnya dengan jalan berliku. Dulu, saat masih remaja, Victoria pun pernah jadi korban bullying.

Di usianya yang baru lima tahun, payudara Tanginika Cuascud sudah membesar. Sesaat setelah mandi ia merasakan dadanya nyeri dan membengkak. Ia pun menanyakan apa yang salah dengan dirinya pada sang ibu.