Seperti remaja lainnya, remaja dengan spektrum autistik (remaja SA) juga bisa mengalami bullying di sekolah. Tak jarang, peristiwa ini menjadi dilema bagi orang tua ketika bullying terus terjadi tapi orang tua bingung harus mencari tempat lain untuk menyekolahkan anaknya.

Dalam kehidupan sehari-hari, utamanya di sekolah, remaja dengan spektrum autistik (remaja SA) juga rentan menjadi korban bullying. Hanya saja, ada beberapa remaja SA yang lebih mungkin mengalami bullying.

Selain kemudahan komunikasi yang ditawarkan, remaja juga rentan mengalami kekerasan di dunia maya atau cyber bullying. Parahnya, cyber bullying ini pun rentan terjadi pada remaja dengan spektrum autistik (remaja SA).

Ketika berada di sekolah, remaja bisa saja mengalami bullying dari teman-temannya. Hal ini pun berlaku bagi remaja dengan spektrum autistik (remaja SA). Apalagi, ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah inklusi, bukan di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Seorang kakek di Cleveland, AS dikenal sebagai 'Raja Rese' karena kerap mengganggu tetangganya yang menderita pikun dan memiliki sejumlah anak berkebutuhan khusus. Tak tanggung-tanggung, ulah bullying si kakek rese dilakukan selama 15 tahun belakangan. Hasilnya, si kakek disetrap di persimpangan jalan atas perintah pengadilan.

Kisah Macan Putih ini, kata Irfan, sarat dengan unsur lokal Indonesia. Pasalnya kisah ini merupakan tradisi kekuatan spiritual asal Jawa Barat.

Pengalaman tidak menyenangkan karena masalah berat badan dialami bintang film 'The Blind Side', Quinton Aaron. Pria pemeran Michael Oher ini terpaksa harus turun dari pesawat yang ditumpanginya karena bobotnya yang berlebih mencapai 249 kg.

Demetria Devonne Lovato, yang akrab disapa Demi Lovato, telah memulai kariernya sejak usia dini. Tak hanya akting dan menyanyi, gadis kelahiran Albuquerque ini juga pintar main alat musik dan menari.

Salah satu kecemasan orang tua untuk membiarkan anak bermain di luar bersama teman-temannya adalah risiko anak di-bully. Padahal psikolog mengatakan bahwa pengalaman di-bully diperlukan oleh anak. Wah, benarkah?

Obesitas pada anak tidak hanya bisa disebabkan oleh pola makan keluarga, namun juga bisa disebabkan oleh orang tua dengan pola asuh yang kaku atau otoriter. Sebabnya, anak cenderung makan lebih banyak karena sering mengonsumsi comfort food. Lho, apa hubungannya?