Vendor lokal punya rencana mengadopsi Android Kitkat untuk produk smartphone dan tabletnya, tapi tidak sekarang. Kalaupun mau, sebenarnya sih bisa-bisa saja. Tapi ada hal lain yang jadi pertimbangan.

Bukan tanpa alasan jika Advan belakangan ini lebih gencar untuk memasarkan produk smartphone dan tabletnya. Bahkan untuk aktivitas pemasarannya saja, vendor lokal ini sampai rela jor-joran menghabiskan biaya Rp 25 miliar setiap bulannya.

Advan menilai Android masih jadi raja sistem operasi untuk smartphone dan tablet dengan pangsa pasar 79% di dunia. Itu sebabnya, vendor merek lokal ini masih belum akan berpaling ke platform Windows Phone dalam waktu dekat.

Meskipun cuma vendor lokal, Advan mengaku tak mau tanggung-tanggung pasang target tinggi untuk jadi pemain top di industri smartphone dan tablet. Targetnya ingin menjegal Samsung dkk dan menguasai 40% pangsa pasar.

Advan merilis Vandroid S5H, phablet Android Quad Core 5 inch yang sepintas mirip Samsung Galaxy S4. Phablet ini coba dijajakan dengan cara yang tak biasa untuk pemasaran produk pada umumnya.

Ambisi Advan untuk membanjiri pasar gadget Tanah Air dengan phablet terus dilancarkan. Setelah Vandroid S5G dan S5K, kini giliran Advan S5H yang bakal diluncurkan.

Ponsel quad core mungkin dulu dianggap sebagai hal yang mewah. Namun kini, vendor ponsel merek lokal sudah semakin agresif dengan label prosesor empat inti tersebut.

Mito Mobile coba melakukan diferensiasi di ponsel besutannya, Fantasy Pocket. Yakni dengan menghadirkan fitur Quick Charge agar proses pengisian baterai bisa dilakukan dengan cepat.

Pasar phablet mengalami pertumbuhan sebesar 71% di 2013. Nah, di 2014 diprediksi pertumbuhan akan terus terjadi mengingat banyak juga produsen yang terlihat berlomba-lomba meluncurkan ponsel jumbo ini.

"Hah! Ponsel lokal harganya Rp 3,5 juta? Kemahalan. Ponsel lokal wajarnya sih Rp 1 jutaan". Memang, ponsel lokal masih belum bisa lepas dari stereotype 'murah dan murahan'. Padahal kenyataannya tak selalu seperti itu.