Penghitungan cepat hasil pilpres oleh KPU berhenti di angka 18.908.132. Jika sudah mentok, sebaiknya penghitungan tersebut ditutup saja daripada malu-maluin.

Pelaksanaan pilpres 8 Juli kemarin tidak lepas dari berbagai pelanggaran yang terjadi di beberapa daerah. Sejauh ini Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) telah menerima 228 laporan pelanggaran dari Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi.

Jika anda penasaran dengan hasil tabulasi capres anda versi KPU, kunjungi pusat tabulasi SMS (real count) di Gedung KPU. Tapi jangan bayangkan kemegahan peralatannya, komputer saja tak satupun disiapkan.

Pemilihan presiden di Kota Tahu diwarnai pelanggaran oleh satu orang pemilih. Sani (55), warga Dusun Nglaban, Kota Jediri ini harus berurusan dengan aparat kepolisian setelah kedapatan menyalurkan aspirasinya di 2 TPS berbeda.

KPU menemui permasalahan dalam penyelenggaraan tabulasi via SMS. KPU menargetkan hanya 20 persen TPS yang mendaftarkan diri ikut perhitungan cepat ini.

Jaringan Pendidikan Dan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR), menemui banyak hal aneh sepanjang pencontrengan hari ini. Dari mulai permintaan Bupati agar memilih jagoannya, hingga penggunaan tinta pulpen untuk celup jari.

Pasangan JK–Wiranto menang mutlak di TPS 12 yang berada di kompleks Pondok Pesantren Langitan Tuban. Di pesantren asuhan KH Abdullah Faqih ini, Megawati harus puas di urutan paling buncit.

Tim Kampanye Nasional (Tim Kamnas) pasangan JK-Wiranto menemukan kecurangan saat perhitungan suara dilakukan di TPS. Kecurangan ditemukan di dalam formulir C-1 yang telah ditandatangani sebelum perhitungan suara selesai.

Hasil penyisiran Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menunjukkan hasil mengecewakan. Cukup banyak Panitia Pemilih Suara (PPS) yang menolak pemilih yang mendaftar dengan KTP dan KK.

Pasangan Mega-Prabowo untuk sementara unggul di beberapa TPS, termasuk TPS XI di Rutan Lamongan. Namun di kampung Amrozy, masih SBY yang menjadi bintang.