Tanggal 17 Oktober 2013, saya datang ke Vancare Malang yang merupakan service center resmi Advan untuk penggantian Layar Sentuh Tablet Advan Tipe T5A saya yang retak.

Saya membeli sebuah tablet Advan T5-A pada bulan Agustus 2013. Pada bulan Februari 2014, tablet tersebut sering restart sendiri.

Pertumbuhan penetrasi smartphone di kawasan Asia Pasifik diproyeksi akan lebih tinggi dibandingkan pasar di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa yang mulai memasuki fase jenuh.

Sejak adanya smartphone, pamor feature phone mungkin sudah jauh berkurang. Tapi kondisi ini tidak serta-merta menghabisi keseksian bisnisnya. Setidaknya untuk pasar pengguna di pinggir kota.

Advan memperkenalkan nama Hammer sebagai brand baru ponselnya yang khusus dibuat untuk menyasar segmen feature phone. Perkenalan ini juga ditandai dengan peluncuran empat ponsel baru yang dibanderol hanya Rp 200 ribuan.

Advan tak mau terus-terusan bergantung pada keran impor untuk menghadirkan tablet dan smartphone murah. Perusahaan lokal ini berharap sudah bisa memproduksi secara mandiri produknya di 2016 mendatang.

Advan berani pasang target tinggi untuk penjualan produk tablet besutannya. Demi mengejar pertumbuhan pangsa pasar hingga 40% di 2014, itu artinya produsen merek lokal ini harus bisa menjual 5 juta unit dalam setahun.

Advan tak mau tanggung-tanggung dalam merilis produk jagoan terbarunya. Tablet dengan otak prosesor octa core yang dijual mulai harga Rp 1 jutaan tengah dipersiapkan untuk membombardir pasar.

Tanggal 26 November 2013, saya membeli Advan T3C white di Polindo Pusat, ITC Depok dengan harga Rp. 1.990.000.

Advan menyiapkan amunisi baru. Serius menyaingi serbuan vendor global, Advan pun merilis Vandroid T5C yang diklaim sebagai produk dengan spesifikasi mantap namun banderol harga yang terjangkau. Mirip iPad mini, namun plus TV.