Jumlah jamaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia mencapai 157 orang. Penyebab kematian adalah serangan jantung dan penyakit lama bawaan dari tanah air yang mendadak kambuh.

Lima puluhan ribu orang jamaah haji Indonesia memilih meninggalkan Mina lebih awal. Mereka akan langsung menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan Tawaf Ifadah dan Sa'i setelah mabit selama 3 hari.

Sekitar 450 jamaah haji kloter 14 Medan mengeruduk kantor maktab 57 untuk memprotes pengelola Maktab  di Mina. Mereka marah setelah tahu bahwa air minum yang diberikan untuk jamaah diambil dari air kran tempat mandi.

Prosesi ibadah di Arafah-Mina (Armina) merupakan puncak ibadah haji bagi semua jamaah dari seluruh penjuru dunia. Di lokasi inilah sekitar 3 juta jamaah haji tumplek blek. Akibatnya, sampah di wilayah ini menjadi menumpuk.

Kawasan Mina masih dipadati oleh lautan manusia. Para jamaah haji dari berbagai negara bermalam di Mina untuk melontar jumrah. Karena jauhnya pemondokan, jamaah haji RI sering tersesat.

Setelah prosesi puncak ibadah haji, wukuf di Arafah, jamaah haji yang meninggal dunia bertambah 30 orang. Mereka meninggal karena penyakit jantung atau penyakit bawaan.

Kekhawatiran terhadap masalah transportasi dan katering selama prosesi wukuf di Arafah tidak terbukti. Transportasi lancar, sementara katering prasmanan juga tidak ada masalah.

Jutaan jamaah haji mulai diberangkatkan ke Padang Arafah pada sabtu pagi untuk mengikuti prosesi rukun haji berupa wukuf. Akibat jadwal yang bersamaan inilah, jalan-jalan menuju kawasan Armina menjadi macet.

2 Hari menjelang puncak ibadah haji, persiapan di Armina sudah baik. Hanya saja kontrol harus terus dilakukan.

Menjelng prosesi puncak haji yang ditandai dengan wukuf di Arafah, khotib Masjidil Haram tidak melepaskan kesempatannya untuk menyampaikan pesan-pesan inti dalam beribadah haji. Pesan inti itu adalah komitmen mengesakan Allah (tauhid) dan komitmen sosial kemanusiaan (tolong-menolong).