Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan sore ini, Senin (14/4/2008)ditutup hanya melemah 7 poin di level 9.185 per dolar AS dibanding perdagangan akhir pekan lalu yang ada di level 9.192 per dolar AS.

Penguatan rupiah yang akhir pekan lalu mampir di level 9.178 per dolar AS mulai tersendat. Rupiah terbawa mata uang regional yang melemah terhadap dolar AS di awal pekan ini.

Nilai tukar rupiah pada penutupan sore ini, Jumat (11/4/2008) mantap di posisi 9.178 per dolar AS atau menguat jika dibandingkan dengan perdagangan siang tadi yang ada di level 9.180 per dolar AS.

Rupiah akan dijaga dari keterpurukan meski sang penjaga mata uang lokal ini sedang menghadapi krisis dengan ditahannya gubernur BI Burhanuddin Abdullah.

Dibandingkan dengan perdagangan kemarin (9/4/2008), pada perdagangan hari ini, Kamis (10/4/2008), rupiah mengalami sedikit penguatan. Pada perdagangan sore ini, rupiah berada di level 9.193,0 per dolar AS. Meski demikian, penguatan tersebut dianggap masih labil.

Pelemahan yang masih mengintai pasar saham menjadi sentimen negatif yang akan mengganjal pergerakan nilai tukar rupiah. Namun Bank Indonesia (BI) akan terus mengawal rupiah untuk meredam volatilitasnya.

Produsen makanan dan minuman akan membuka pasar-pasar baru di Afrika sebagai antisipasi terhadap pengetatan dan regulasi perdagangan yang dilakukan oleh pasar-pasar utama di luar negeri.

Meski beberapa hari terakhir, posisi rupiah relatif stagnan dan bergerak di kisaran yang sempit, namun mata uang lokal ini masih rawan mengalami tekanan. Tekanan yang dimaksud apalagi kalau bukan inflasi. Tingginya inflasi akan membuat bank sentral kemungkinan besar menaikkan suku bunganya.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan sore ini, Selasa (8/4/208) turun 11 poin ke angka 9.201 per dolar AS setelah kemarin (7/4/2008) sempat menguat di angka 9.190 per dolar AS.

Harga minyak yang naik lagi ke level USD 109 per barel membuat pelaku pasar valas waspada. Rupiah bisa tertekan karena kebutuhan valas untuk impor minyak akan bertambah.