Darmin mengatakan, fakta baru yang ditemukan adalah biaya kampanye hitam kelapa sawit lima kali lipat lebih besar dari biaya promosi atau iklan Coca-Cola.
Kita perlu mendalami keputusan kontroversial Uni Eropa yang merasa dapat semena-mena melakukan diskriminasi pada produk negara berkembang seperti Indonesia.
"Kami sangat menentang Delegated Act, yang mengklasifikasikan minyak kelapa sawit sebagai produk yang tidak memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan,"