Menyambut perhelatan Indonesian Cellular Show (ICS) 2014, Advan tampil agresif untuk memikat pelanggan. Sederet produk andalan vendor merek lokal ini pun dipamerkan.

Rencana penerapan pajak barang mewah (PPnBM) yang kini semakin mencuat diklaim tidak mempengaruhi proses pembangunan pabrik ponsel Advan.

Tanggal 5 April 2014, saya membawa Advan S5F ke Ruko Segitiga Mas Kosambi Bandung karena tombol q dan 1 touchscreen tak berfungsi.

Sehubungan dengan surat pembaca saya yang dimuat di detik.com (09/05) dengan judul "Advan S5F Bermasalah, Mohon Percepat Perbaikan", permasalahan sudah selesai dengan baik.

Ponsel yang dijual ke pasaran tak seluruhnya smartphone (ponsel pintar). Konsumen harus hati-hati menilainya, jangan hanya karena harga murah malah jadi kecele.

Sebagai pengguna smartphone Advan S5F, saya merasa kecewa karena hanya sempat menggunakannya selama empat bulan.

Saya membeli tablet Advan di toko Cybercoom Banda Aceh. Sebulan kemudian, tablet bermasalah, lalu saya bawa ke toko tempat pembelian karena tidak ada service center di Banda Aceh.

Pada tanggal 5 April 2014, saya membeli 1 unit handphone Advan S5F di Plaza Medan fair. Baru sehari pemakaian, handphone sering hang dan restart sendiri.

Indonesia mungkin jadi salah satu pasar yang bakal konsumtif untuk industri wearable device. Tren ini bisa saja makin mencuat setelah produsen merek lokal yang biasa menawarkan harga murah ikut terjun semua di pasar.

Advan berambisi menguasai pasar smartphone, phablet, dan tablet di Indonesia. Caranya, dengan mempersenjatai seluruh lini produknya dengan OS Android KitKat yang sudah didukung prosesor 8 inti octa core dan RAM tinggi. Harganya pun dipastikan tak akan mahal.