Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung wilayah kerja Bakauheni (Lampung) kembali menggagalkan penyelundupan ribuan kg daging celeng ke Jakarta.

Peredaran daging celeng menjelang puasa ini meningkat, apalagi harga daging sapi mahal. Sulit membedakan antara daging sapi dan celeng secara kasat mata.

Peredaran daging celeng menjelang puasa mulai marak. Penyebab utamanya adalah karena harga daging sapi masih mahal di kisaran Rp 90 ribu per kilogram (kg).

Setiap menjelang Puasa, konsumsi daging sapi meningkat, kondisi ini lah yang memicu peredaran daging celeng (babi hutan) juga meningkat.

Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementerian Pertanian, kemarin (18/6/2014) memusnahkan 13,7 ton daging celeng tidak layak konsumsi di Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

Maraknya berita mengenai makanan serta jajanan di luar rumah yang mengandung bahan tambahan makanan atau zat kimia lain yang membahayakan kesehatan tentu saja memberikan rasa khawatir

Sutirman Wasis Utomo, penjual bakso di Tambora, Jakarta Barat, sudah ditetapkan sebagai tersangka. Ia mencampur daging sapi dengan babi celeng untuk dibuat menjadi 'bakso sapi'. Akibatnya, ia harus mendekam di bui selama lima tahun.

Daging sapi dianggap sebagai salah satu asupan produk hewani terpopuler di Indonesia. Sayangnya dengan harganya yang semakin tinggi memaksa para penjual mulai bermain curang dengan daging oplosan.

Usaha berbasis daging sapi seperti bakso dan burger mudah dioplos. Daging sapi yang dipakai dicampur dengan jenis-jenis daging lain agar lebih murah harganya. Ada beberapa jenis daging yang biasa dipakai untuk mengoplos.

Kasus bakso celeng yang dijual sebagai bakso sapi baru-baru ini meresahkan para konsumen muslim. Apalagi, secara awam, bakso celeng dan bakso sapi sulit dibedakan. Karena itu, diperlukan teknologi canggih untuk menguji kandungan makanan.