Jaksa penuntut umum akan membacakan tuntutan bagi mantan Bupati Buol, Sulawesi Tengah, Amran Batalipu. Amran didakwa menerima suap Rp 3 miliar dari pengusaha Siti Hartati Murdaya.

"Saya tidak mengomentari isi kesaksian dia. Saya mengomentari Yusril yang juga pengacara tersangka di KPK sehingga pendapatnya bisa saja kurang obyektif," jawab Jubir KPK Johan Bud.

Artalyta alias Ayin tersinggung dengan pernyataan Hartati Murdaya yang menyebutnya sebagai 'Koboi Jalanan'. Namun karena masih menganggapnya sebagai saudara, Ayin meminta Hartati banyak berdoa dan tidak mencari simpati.

Hartati Murdaya kesal kepada Artalyta Suryani karena dianggap menyerobot lahan miliknya di bawah pengelolaan PT Cipta Cakra Murdaya (CCM). Ayin pun 'menyerang' Hartati dengan menyebut PT CCM tidak memiliki izin sejak tahun 1999.

“Harusnya saya di rumah sakit. Kaki saya dua ini masih lemes.”

"Saya menyesal. Pemerintah yang berjanji memberikan lahan, tapi pemerintah tidak konsisten dengan aturannya. Nasib saya disini karena inkonsistensi aturan pemerintah," kata Hartati Murdaya dalam sidang dugaan suap Bupati Buol Amran Batulipu.

Terdakwa kasus suap Bupati Buol, Hartati Murdaya mengakui kalau dirinya kerap keluar tahanan semingu 3 kali. Dia pun menghabiskan belasan jam di RS Abdi Waluyo. Apa kata pengacara?

Hartati Murdaya kerap keluar dari Rutan KPK. Jadwal rutin terdakwa kasus suap Bupati Buol ini 3 kali seminggu keluar rutan. Hartati menghabiskan belasan jam di RS Abdi Waluyo ketika menjalani pemeriksaan kesehatan itu.  

Yusril berpendapat, uang Rp 3 miliar yang diberikan pada Bupati Buol Amran Batalipu, bukanlah suap, melainkan sumbangan untuk Pilkada.

"Saya keberatan, dia itu caranya nggak bener. Nggak ngasih tahu saya, tiba-tiba jadi koboi di jalan," tutur Hartati soal penyerobotan lahan perkebunan di Buol oleh PT Sonokeling Buana yang dimiliki anak Artalyta Suryani alias Ayin.