Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta mengklaim sudah menyebar 54 orang satgas perempuan untuk mengantisipasi kasus pelecehan seksual di dalam bus TransJ. Satgas sudah disebar di seluruh koridor.

Penempatan Satgas Perempuan di halte besar bus TransJakarta, seperti Halte Dukuh Atas dan Halte Matraman tidak kunjung terealisasikan. Belum beroperasinya satgas yang akan mengantisipasi pelecehan seksual ini diduga karena kurang personel.

Pengelola bus TransJ memasang stiker tips nyaman di halte-halte. Tujuannya untuk mencegah tindakan asusila yang kerap terjadi di bus itu.

Sama seperti Halte Harmoni dan Dukuh Atas, Satgas Perempuan belum bertugas di Halte Sarinah dan Halte Bank Indonesia. Tips mengantisipasi kejahatan dan pelecehan di bus TransJakarta juga belum dipasang di halte.

Polisi berencana menempatkan anggotanya di sejumlah halte transit bus TransJ. Rencana itu dinilai tidak diperlukan karena akan mengesankan moda transportasi itu justru tidak aman.

Satgas Perempuan akan ditempatkan di halte-halte besar dan transit guna mengantisipasi pelecehan seksual di bus TransJakarta. Satgas akan mengawal korban pelecehan hingga ke Kepolisian.

BLU TransJakarta harus benar-benar memperhatikan waktu kedatangan setiap bus. Semakin cepat bus datang, semakin sedikit jumlah penumpang yang menumpuk di halte maupun di dalam bus.

Maraknya tindakan asusila di kendaraan umum, seperti TransJakarta, sudah sangat memprihatikan. Penempatan petugas Satpol PP di dalam kendaraan sebenarnya merupakan cara yang logis.

Noor Adhim, tersangka kasus pelecehan seksual atas TS (19) di atas bus TransJakarta, akhirnya ditahan Kepolisian. Polisi telah punya alasan kuat untuk menahannya.

Polisi harus berpihak pada korban pelecehan seksual di angkutan umum dan TransJakarta. Polisi jangan berpatokan pada aturan formal.