Broken home dan hanya lulus SMP, dijadikan alasan kuasa hukum terdakwa pembunuhan guru SD honorer Dini Rieke Anggaraeni (28), agar majelis hakim bisa meringankan hukuman Andi (19).

Masih ingat kasus pembunuhan guru honorer SD Dini Rieke Anggaraeni (28) oleh karyawan ayahnya, Jalaludin alias Andi (19)? Kini pelaku dituntut 20 tahun penjara.

Pernahkah terbayangkan di benak kita memperoleh gaji kurang dari Rp 100 ribu perbulan? Dalam negeri yang anggaran pendidikannya 20 persen dari total APBN ternyata kondisi tersebut masih ada.

Perjuangan guru honorer untuk segera diangkat menjadi PNS ternyata belum padam. Senin (19/1/2009), sekitar 5 ribu guru honorer se-Indonesia kembali menggeruduk gedung wakil rakyat.

Menyumpahi orang tampaknya sudah menjadi hobi Cut Wildani, Guru SD Kalibata 08, Jakarta Selatan. Siapa saja ia sumpahi. Tidak hanya muridnya, kepala sekolah juga jadi korbannya. Sesama guru pun, dihujani sumpah serapah dan diajak berantem.

Sepanjang 2008, sudah terjadi 7 kasus pembunuhan sadis di Bandung. Dari rentetan jumlah kasus pembunuhan tersebut, sebanyak 4 kasus belum terungkap. Ini jadi PR bagi jajaran kepolisian.

Puluhan Guru Tidak tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di sekolah Pacitan, ngelurug ke Jakarta. Mereka minta kejelasan status kepegawaian dari Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan).

Jalaludin alias Andi bin M Danil (19), tersangka pembunuhan seorang guru honorer Dini Rieke Anggraini pada 15 Agustus 2008, didakwa lima pasal. Jalaludin pun pasrah tanpa mengajukan eksepsi.

Seribuan guru bantu se-DKI Jakarta mengadukan nasibnya ke LBH Jakarta. Guru bantu akan menggugat Pemprov DKI Jakarta yang menelantarkan pengajuan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

Ratusan guru dan pegawai tidak tetap (PTT) se-Jawa Tengah berunjuk rasa di kantor gubernur, Jl Pahlawan Semarang, Selasa (25/11/2008). Mereka minta diangkat menjadi PNS.