Medio Februari 2009, partai pemenang pemilu 2004, Partai Golkar, akan menggelar Rapat Konsultasi Nasional. Salah satu agenda: membahas calon presiden. (adv)

Mengkampanyekan diri agar terpilih sebagai legislator jelas memakan biaya yang tidak kecil. Akibat dananya tersedot untuk kampanye, ada caleg yang menunggak pembayaran uang SPP anaknya hingga dua bulan.

Tidak sedikit aktivis alumni 1998 menjadi caleg dalam Pemilu 2009. Meski sadar karir politiknya tergantung kebijakan parpolnya, mereka tidak sungkan mengritik sikap pimpinannya di parpol.

Megawati menyebut pemerintahan Presiden SBY seperti bermain "Yoyo". Partai Demokrat pun membalasnya dengan iklan. Tapi langkah itu dinilai kubu Mega, sebagai hal yang berlebihan.

Kalangan PDIP menilai langkah Presiden SBY menghembuskan isu asal bukan capres S (ABS) di lingkungan TNI sebagai strategi kampanye. Tujuannya membentuk opini publik bahwa dirinya sosok yang dizalimi. Strategi ini sukses mengangkat citra SBY pada Pilpres 2004 silam.

Nama Prabowo Subianto mendapat banyak dukungan untuk menjadi cawapres Megawati. Namun, Gerindra justru menegaskan keputusan Prabowo sebagai capres sudah final. PDIP pun tak merasa rugi.

Untuk menjawab serangan ketum PDIP Megawati Soekarnoputri soal yoyo, Partai Demokrat memasang iklan di berbagai media dengan pesan khusus menjelaskan ejekan Mega soal yoyo. Langkah tersebut dinilai PDIP sebagai bentuk kepanikan.

PDIP kesulitan menyosialisasikan mekanisme pemilu kepada kadernya. Alasannya hingga kini Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum siap.

"Beliau mengundurkan diri tanpa harus dipecat, itu lebih terhormat," kata Ketua FPG DPR Priyo Budi Santoso mengomentari Sultan HB X yang menjadi calon kuat cawapres Megawati.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono menegaskan partainya akan mencoret nama Sultan dari kans capres atau cawapres Golkar jika sudah diusulkan oleh partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.