Hakim Agung, Imron Anwari diminta menjelaskan pembatalan vonis hukuman mati bagi sindikat narkotika internasional. Penjelasan secara langsung perlu dilakukan demi tanggung jawab kepada publik.

Satu persatu Mahkamah Agung (MA) memberikan 'bonus' kepada para gembong narkotika yang hidup dibui. Berkali-kali pula Badan Nasional Narkotika (BNN) menyatakan penyesalannya atas putusan tersebut.

Pro kontra belum juga kelar, MA kembali membatalkan vonis mati kepada gembong narkoba sindikat internasional, Deni Setia Maharwa. Deni terbukti memiliki 3 kg kokain dan 3,5 kg heroin.

Hakim agung Brigjen TNI (Purn) Imron Anwari pada 2007 masih menyetujui hukuman mati dikenakan kepada gembong narkoba. Tapi sejak 2009 dia mulai membatalkan vonis hukuman mati bagi sindikat narkotika internasional karena alasan HAM.

Di Indonesia, gembong narkotika bisa lolos dari vonis hukuman mati. Padahal di luar negeri, sebanyak 284 WNI telah divonis mati oleh negara setempat.

Masyarakat bertanya-tanya mengapa hakim agung Imron Anwari dua kali membatalkan vonis mati gembong narkotika sindikat internasional. Imron beralasan hal tersebut berdasar HAM.

Kecaman terus datang bertubi-tubi ke MA terkait pembatalan vonis mati bagi 2 gembong narkotika sindikat internasional. MA pun dinilai tidak mempunyai semangat pemberantasan narkotika.

Aparat Subdit I Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya membongkar sindikat pengedar narkotika jaringan Malaysia. Dari para tersangka, polisi menyita ratusan ribu butir ekstasi berikut puluhan kilogram sabu dan sejumlah pil Happy Five (H5).

Polisi mengungkap sindikat narkoba jenis sabu asal Malaysia, beromzet miliaran rupiah. Tiga tersangka dibekuk di sebuah hotel ternama di Samarinda saat berpesta sabu.

Perlawanan bandar narkotika jaringan internasional berkewarganegaraan Malaysia, Away (39), kandas. Terdakwa yang sempat kabur tersebut tetap mendapat vonis hukuman mati.