Sejumlah anggota FPDIP Komisi IX 1999-2004 menerima cek perjalanan terkait pemenangan Miranda Swaray Goeltom dalam pemilihan  DGS BI. Pemberian tersebut disebut sebagai bantuan dana kampanye.

Setelah sukses memenangkan Miranda Swaray Goeltom dalam pemilihan DGS BI di Komisi IX DPR, anggota FPDIP menerima imbalan cek perjalanan. Pemberian cek tersebut dilakukan di ruang kerja Dudhie Makmun Murod.

Dalam persidangan terdakwa Dudhie Makmun Murod terungkap adanya 19 anggota Dewan dari PDIP yang diduga menerima uang suap. Seharusnya, KPK bisa memproses seluruhnya sebelum menjerat pemberi suap.

Politisi PDIP Dudhie Makmun Murod mengaku tidak mengenal Arie Malangjudo. Meski melakukan transaksi serah terima cek Rp 9,8 miliar di Restoran Bebek Bali di Senayan, Dudhie tidak sempat bertegur sapa.

PDIP menyerahkan kepada proses hukum terkait disebutnya 19 nama kadernya dalam dakwaan terhadap Dudhie Makmun Murod. Megawati juga tidak akan membela kader yang melakukan korupsi.

Nama mantan DGS BI Miranda S. Goeltom kembali mencuat setelah Dudhie Makmun Murod menjalani sidang perdana kasus dugaan suap. Dugaan suap itu pun lantas dikait-kaitkan dengan kemenangan mutlak Miranda di tahun 2004.

Dari sidang diketahui cek untuk para anggota FPDIP diserahkan di Restoran Bebek Bali, Senayan. Dudhie menerima dari Arie Malangyudo yang merupakan titipan Nunung Nurbaeti, istri Adang Daradjatun.

19 Nama mantan dan anggota Komisi IX DPR dari PDIP menerima aliran dana sebagai konsekuensi pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) BI Miranda Swaray Goeltom. Jumlah itu diberikan dalam bentuk traveller's cheque senilai total Rp 9,8 miliar.

'Skenario' penyuapan dalam pemilihan Miranda Goeltom sebagai deputi senior gubernur BI terkuak di persidangan. Terdakwa Dudhie diperintahkan Panda Nababan mengambil dan membagikan traveller's cheque senilai Rp 9,8 miliar.

Tersangka kasus dugaan suap pemilihan deputi senior gubernur BI, Endin AJ Soefihara, segera memasuki persidangan. Berkas perkara politisi PPP ini sudah P21.