Sejak Juni 2011-Oktober 2012, Kontras menerima pengaduan 50 kasus yang belum diselesaikan oleh Polri. Wajar bila Kontras berharap kasus-kasus itu diprioritaskan dibanding kasus Kompol Novel Baswedan 8 tahun lalu yang dianggap sudah kelar, tapi tiba-tiba 'ditindaklanjuti' lagi.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi membantah tudingan yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sengaja mendiamkan ketegangan antara KPK dan Polri.

Aksi dukungan ke KPK terus mengalir, termasuk dari korban kekerasan. Mereka atau keluarganya mengaku menjadi korban kekerasan belum lama ini, tapi kasusnya tak ditindaklanjuti polisi. Jadi aneh bila kasus Kompol Novel Baswedan yang terjadi 8 tahun lalu kemudian diungkit kembali.

Hingga Minggu (7/10/2012) ini, suasana di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, terlihat sepi. Tak terlihat pegawai KPK yang biasanya beraktifitas di gedung ini.

Universitas Gadjah Mada (UGM) akan mengeluarkan pernyataan resmi mengenai kisruh Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu UGM beserta elemen LSM di Yogyakarta, akan turun ke jalan.

Pembicaraan seputar persoalan hukum di tanah air selama tiga hari terakhir merujuk ke satu nama: Novel Baswedan. Novel turut beradu mulut dengan polisi berpangkat lebih tinggi darinya saat menggeledah Korlantas 30 Juli silam.

Hubungan KPK-Polri sedang di fase sensitif seiring pengusutan KPK terhadap Irjen Djoko Susilo. Jadi dirasa aneh bila kemudian Kapolri tidak mengetahui aksi anak buahnya menyatroni KPK untuk menjemput Kompol Novel Baswedan. Apakah ada dualisme di tubuh Polri?

Polemik mengenai upaya penangkapan Novel Baswedan, penyidik asal Polri yang sudah menjadi penyidik tetap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung KPK, masih ramai. Imbasnya, akun social media Divisi Humas Polri kebanjiran kritikan masyarakat, baik di twitter maupun di Facebook.

Personel Polda Bengkulu dan Polda Metro Jaya ingin menangkap penyidik KPK Novel Baswedan atas tuduhan penganiayaan yang dilakukannya 8 tahun lalu. Polisi dalam menangkap Novel dinilai bergaya seperti preman dan seperti menggerebek teroris di KPK.

Polemik institusi KPK dengan Polri membuat resah kalangan dunia usaha. Mereka menganggap kondisi ini menambah ketidakpastian hukum di Indonesia.