Sebagian besar para pengguna gigi tiruan kerap membersihkan gigi palsunya dengan menyikat menggunakan sikat gigi dan pasta gigi. Padahal, cara tersebut kurang tepat lho.

Perubahan fisiologis akan terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Termasuk kondisi kesehatan gigi dan mulut yang menurun pada orang dengan usia lanjut. Tetapi, masih ada cara yang bisa dilakukan untuk memperlambat perubahan fisiologis pada gigi.

Saat gigi tanggal, sebagian besar hal yang dilakukan banyak orang adalah mendiamkan gigi yang bolong hingga terlihat ompong. Apalagi jika yang copot adalah gigi di bagian belakangnya seperti geraham, akan dirasa aman-aman saja karena tidak terlihat.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Tenaga Kesehatan. Alasannya, undang-undang ini dianggap akan menyulitkan tenaga kesehatan lain di luar tenaga medis. Mengapa?

Komisi IX DPR RI saat ini tengah membahas Rancangan Undang-undang (RUU) Tenaga Kesehatan. Selangkah menuju pengesahan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) justru dengan tegas menolak RUU tersebut.

Calon wakil presiden, Hatta Rajasa dalam dialog terbuka bersama organisasi profesi kesehatan berjanji akan memprioritaskan anggaran untuk sektor kesehatan.

4 Ribu warga Ngantang, Malang mendapat pengobatan dan pemeriksaan gigi gratis dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) bekerjasama dengan Orang Tua (OT). Rata-rata warga mengganti sikat gigi lebih dari 6 bulan.

Selain berlubang, biasanya masalah gigi yang kerap dialami anak terutama balita adalah kondisi giginya yang sudah terkikis atau biasa disebut dengan istilah gigis. Nah, jika seperti itu, apa yang sebaiknya dilakukan orang tua?

Hampir 90 persen penduduk Indonesia memiliki masalah gigi berlubang. Sering dianggap remeh, kenyataannya gigi berlubang bisa mengganggu konsentrasi tak hanya jika terjadi pada orang dewasa tapi juga anak-anak.

Salah satu hal yang dikeluhkan oleh pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah permintaan iuran dari rumah sakit. Rumah sakit mengklaim hal tersebut akibat tarif Indonesia Case Based Groups (INA-CBG's) yang dianggap terlalu rendah. Apa tanggapan BPJS?