Sore ini penumpukan penumpang KRL terjadi di Stasiun Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat. Anjloknya KRL commuter line di Stasiun Cilebut membuat penumpang dari Jakarta tujuan Bogor hanya bisa berhenti sampai Stasiun Bojong Gede.

Sudah 11 jam berlalu sejak insiden anjlok KRL Commuter Line di Stasiun Cilebut, Jawa Barat. Namun upaya evakuasi gerbong masih belum berhasil.

Shock dan takut masih hinggap di diri Maerudin (30), pengemudi sepeda motor Minerva yang nyaris menjadi korban KRL yang anjlok di Stasiun Cilebut. Terlambat sedikit saja untuk meloncat, Maerudin bisa tertimpa kereta itu.

Anjloknya KRL Commuter Line di Stasiun Cilebut, Bogor menyebabkan sejumlah perjalanan terganggu. Mengantisipasi lonjakan penumpang pada saat jam sibuk di Stasiun Bojong Gede, PT KAI menyatakan sudah menyediakan angkot bagi penumpang KRL yang akan ke Bogor.

KRL Mania mempertimbangkan mengajukan gugatan mengenai kenaikan tarif KRL Commuter Line sebesar Rp 2.000. Kenaikan ini dinilai belum pantas apalagi dengan standar keamanan dan pelayanan KRL yang ada saat ini.

Hujan deras melanda stasiun Cilebut, Bogor. Namun hal ini tidak mengurangi semangat tim untuk mengevakuasi gerbong KRL yang anjlok.

Delapan jam lebih KRL Commuter Line yang anjlok masih melintang di rel Stasiun Cilebut. Evakuasi terus dilakukan dengan datangnya kereta crane dari Cirebon. Saat crane bekerja, listrik di sekitar stasiun dipadamkan sementara.

Sepeda motor Minerva milik Maerudin yang ditabrak KRL Commuter Line di Cilebut ringsek. Bahkan motor berkapasitas mesin 150 cc itu sudah tak berbentuk.

Baru empat hari setelah kenaikan tarif KRL Commuter Line sebesar Rp 2000, ada insiden kereta anjlok di Stasiun Cilebut. Stigma negatif langsung muncul dari penumpang: kenaikan tarif tak berpengaruh pada pelayanan. Apa tanggapan PT KAI?

Masinis shock karena KRL Commuter Line yang dikemudikannya anjlok di Stasiun Cilebut. Karena itu PT KAI berlum bisa meminta keterangan apapun dari si masinis.