Guru penganiaya petani bernama Misrun (58), Samsi (46) mengaku sakit hati saat korban menolak ajakannya. Guru SDN Kedungbanteng 2, Ponorogo mengaku mengajak Misrun mabuk.

PN Kabupaten Magetan hari ini menggelar sidang lanjutan kasus terdakwa petani yang dianiaya seorang guru, Misrun (58) asal Lembean, Magetan. Dia mengaku keris yang dimiliki hanya diselipkan di pinggang.

Sidang lanjutan kasus pencurian satu buah semangka kembali digelar. Sidang dengan agenda mendengarkan keterangan saksi ini sempat berlangsung tegang. 3 Saksi yang dihadirkan kompak membantah jika telah melakukan penganiayaan.

Polda Jatim akan menindak tegas anggotanya yang melakukan penganiayaan terhadap dua pencurian satu buah semangka. Akibat penganiayaan itu, Basar luka lebam di bagian bibir bawah, sedangkan Kholil 3 gigi bagian atasnya rompal.

Gara-gara lima batang tanaman jagung harus dibayar mahal Parto (50) warga Desa Perante, Situbondo. Dia berurusan dengan hukum karena dituding mencuri oleh Supadi yang masih kerabat dekatnya.

Penahanan petani yang dianiaya seorang guru, Misrun diduga ada kejanggalan. Pasalnya Misrun menghuni rutan sejak 30 September 2009 lalu. Sedangkan Samsi belum ditahan dengan alasan seorang PNS guru.

Sejak suaminya, Misrun (58) ditahan di Rutan Magetan, istrinya Rianti (57) terpaksa banting tulang mencari nafkah sendiri. Ibu satu anak itu mracang di Pasar Lembeyan.

Prahara seorang petani dan guru di Magetan sama-sama ditetapkan tersangka. Namun Misrun (58) yang menjadi korban penganiayaan ditahan di Rutan Magetan, sedangkan Samsi (46) bebas berkeliaran.

Prahara orang terbelit kasus hukum terjadi di Magetan, Jatim. Seorang petani menjadi korban pemukulan seorang guru, malah meringkuk di Rutan Magetan selam 2 bulan.

Dikabulkannya penahanan terhadap Basar dan Kholil, 2 terdakwa pencurian sebiji semangka tidak menjadikan keduanya sepenuhnya lega. Harapan untuk secepatnya mendapatkan pekerjaan belum bisa terpenuhi.