Kondisi di Kota Tripolo, Libya, memang lebih kondusif daripada wilayah timur negeri kaya minyak itu. Namun situasi masih sangat dinamis sehingga sewaktu-waktu bisa berubah.

Meskipun aksi unjuk rasa besar-besaran masih berlangsung di sejumlah wilayah di Libya, namun kondisi ibukota Tripoli dilaporkan berangsur normal. Kegiatan ekonomi mulai berjalan kembali, toko dan pasar mulai beroperasi kembali.

Pemimpin Libya Muammar Khadafi yang nyentrik ternyata juga mempekerjakan 8 tenaga kerja Indonesia (TKI) di rumahnya. 8 TKI itu masuk daftar evakuasi.

Pemerintah RI segera mengevakuasi 870 WNI yang ada di Libya, menyusul makin tak menentunya kondisi negara minyak pimpinan Muammar Khadafi itu. Evakuasi akan dilakukan dengan 2 opsi.

Kondisi di Libya terus memanas. KBRI di Tripoli pun meminta agar WNI yang merasa tidak aman segera berlindung ke dalam kantor KBRI. Namun dari 875 WNI hanya 10 saja yang berlindung di kantor misi Indonesia itu.

Situasi di Libya yang kian memanas membuat beberapa negara pun mulai melakukan evakusi kepada warga negaranya. Khusus untuk warga Palestina yang ada di Libya, Israel bersedia menerima kedatangan para pengungsi Palestina

Situasi dalam negeri Libya terus memanas. Rencana Kementerian Luar Negeri mengevakuasi 875 WNI terkendala oleh kondisi pemerintah Libya yang tertutup. Kondisi ini berbanding terbalik dengan pemerintah Mesir yang terbuka.

Duta Besar Libya untuk RI Salaheddin M El Bishari resmi mengundurkan diri, terkait masalah dalam negeri Libya. Kemlu telah menerima surat diplomatik dari Salaheddin.

Sebanyak 875 WNI berada di Libya. Menyusul memanasnya situasi negara pimpinan Muamar Khadafi itu, Kementerian Luar Negeri berencana untuk mengevakuasi WNI.

Dengan penuh kemarahan, Muammar Khadafi berpidato 75 menit di TV pemerintah. Dia menyerukan agar aparatnya menyapu bersih orang yang menentangnya. Pidato ini diperkirakan menambah buruk suasana Libya sehingga WNI minta dievakuasi.