Peluncuran mobil murah menimbulkan pro dan kontra, khususnya soal macet dan bakal membuat konsumsi BBM subsidi melonjak. Kenapa mobil murah tak pakai bahan bakar gas (BBG)?

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wakilnya Oded M Danial berkeberatan dengan dengan kebijakan pemerintah pusat tentang Low Cost Green Car (LCGC) alias mobil murah. 

Kehadiran low cost green car (LCGC) alias mobil murah masih terus menjadi perdebatan panjang. Bagi Menko Kesra Agung Laksono, kebijakan ini merupakan solusi dari keinginan warga yang ingin punya mobil tapi dananya terbatas.

Akhirnya mobil murah Daihatsu, Ayla resmi diluncurkan di Indonesia dan resmi diproduksi masal di pabrik terbaru Daihatsu di Karawang, Jawa Barat. Lahir sebagai produk LCGC, maka Ayla memiliki kandungan lokal yang cukup tinggi yakni 84 persen.

Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menegaskan kemacetan di Jakarta bukan disebabkan banyaknya kendaraan pribadi.

Seiring dikeluarnya kebijakan mobil Low Cost and Green Car (LCGC) pabrikan mobil di tanah air mulai menelurkan mobil-mobil LCGC-nya. Namun baru berumur beberapa minggu, kelahiran LCGC dituding akan memperparah kemacetan di beberapa kota besar.

Jokowi dan Ahok diminta segera membuat kebijakan nyata untuk mengantisipasi lonjakan volume kendaraan di Jakarta.

Kehadiran mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) menimbulkan kontroversi. Pemerintah tetap melanjutkan program ini, bahkan LCGC digadang-gadang menjadi cikal bakal mobil nasional (mobnas).

Sesuai spesifikasi, bahan bakar mesin mobil murah atau Low Cost Green Car (LCGC) harus menggunakan bensin dengan Research Octane Number (RON) 92 atau bensin pertamax.

Gubernur DKI Jokowi dan wakilnya Basuki T Purnama (Ahok) berkeberatan dengan kebijakan pemerintah pusat tentang LCGC alias mobil murah. Kendati tak berdaya menolak kebijakan itu, namun Pemprov DKI mengupayakan agar mobil murah tak menyesaki jalanan di Jakarta. Ini beberapa jurus yang sedang disiapkan.