Indikasi kuat polisi merekayasa kasus Aan dan pemulung Chairul Shaleh menunjukkan ketidakprofesionalan kepolisian. Sebelum malu, polisi seharusnya segera menyelidiki kebenarannya dan tak tidak bersikukuh dengan laporan pertama saja.

Kisah sedih pemulung Chairul Shaleh maupun kasus Aan yang mengindikasikan kuat polisi merekayasa kasus menunjukkan ketidakprefesionalan kepolisian. Polisi diminta untuk lebih matang menyelidiki suatu kasus, tidak sekedar mencari mudahnya saja.

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) akan memanggil Kapolda Metro Jaya Irjen Wahyono. Kapolri ingin meminta penjelasan terkait rekayasa kasus Chaerul Saleh, pemulung yang dipaksa mengakui kepemilikan ganja

Polri tengah mengadakan penyelidikan internal atas dugaan rekayasa kasus pemulung pemilik ganja. Penyelidikan dilakukan Propam Mabes Polri dan Kapolres Jakarta Pusat.

Suasana sidang di lantai 3, gedung PN Jakarta Pusat, sore itu dipenuhi gelak tawa. Meski terkesan santai, tapi jalannya sidang pemeriksaan 2 saksi untuk meringankan terdakwa tetap serius.

Sidang lanjutan kasus pemulung 'pemilik' ganja mengungkap fakta yang menguatkan dugaan rekayasa. Saksi mengaku menyaksikan polisi mengambil sesuatu dari bawah kursi.

Puluhan pemulung yang datang ke PN Jakarta Pusat ternyata dipinjami pakaian pantas pakai oleh satpam PN. Hal tersebut, mengingat peraturan sidang yang mewajibkan pengunjung berpakaian sopan.

Sekitar 15 pemulung mendatangi PN Jakarta Pusat untuk memberikan dukungan kepada Chairul Saleh, pemulung yang dituduh memiliki ganja. Mereka mengaku datang untuk memberikan dukungan moril supaya Saleh dibebaskan.

Imlek tahun ini mungkin adalah Imlek paling kelabu bagi para pengemis di Klenteng Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Tak seperti tahun-tahun lalu yang melimpah rezeki, Imlek kali ini seret pemberi sedekah.

Komisi Yudisial (KY) dipastikan akan mengirim stafnya untuk memantau jalannya peradilan atas terdakwa, Chairul Saleh, pemulung yang didakwa jaksa memiliki satu paket ganja. Sidang tersebut rawan manipulasi.