Jaksa Agung Hendarman Supandji enggan berkomentar saat ditanya tentang permintaan Presiden SBY untuk mengusut rekaman yang mencatut namanya.

Penyebutan nama Presiden SBY dalam transkrip rekaman yang berisi rekayasa kriminalisasi pimpinan KPK diakui pengacara Anggodo Widjojo hanya guyonan. ICW pun meminta agar polisi memeriksa Anggodo terkait guyonan yang tidak lucu tersebut.

Otot besar, suara dalam, dan bulu lebat adalah ciri pria dengan hormon testosteron tinggi. Hormon kejantanan itu kini menjadi objek studi peneliti Inggris. Peneliti berkata, pria yang kelebihan hormon testosteron cenderung lebih pelit.

Presiden SBY didesak menindaklanjuti sampai tuntas rekaman rekayasa kriminalisasi KPK, yang juga mencatut namanya. Jika rekaman ini terus bergulir, publik menjadi punya alasan untuk menjatuhkan Presiden.

Ketua Komisi III (Komisi Hukum) DPR Benny K Harman mendesak aparat kepolisian segera memanggil pihak-pihak terkait dan meminta pertanggungjawaban soal pencatutan nama SBY.

Klarifikasi yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas rekaman rekayasa kriminalisasi KPK dinilai belum cukup. SBY harus berinisiatif melakukan investigasi agar kasus ini selesai.

Presiden SBY sudah memberikan bantahan terkait pencatutan namanya dalam rekaman kriminalisasi KPK. Tindakan ini dianggap sudah cukup, tapi akan lebih bagus bila diikuti dengan membentuk tim penyelidik khusus.

Nama-nama sejumlah petinggi Kejaksaan Agung dan Mabes Polri, bahkan Presiden SBY, masuk dalam transkrip rekaman. Masalah ini harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme hukum agar jelas.

Presiden SBY jangan diam saja saat namanya disebut dalam rekaman yang berisi rekayasa kriminalisasi pimpinan KPK, Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto.

Nama SBY disebut dalam rekaman rekayasa kriminalisasi pimpinan KPK. Menurut pengacara Anggodo Widjojo, penyebutan RI 1 itu dalam konteks guyonan. Tidak lucu kan?