Rencana penggabungan KA Argo Gede dan Parahyangan menjadi Argo Parahyangan akan dilakukan langsung pasca dihentikannya operasional Parahyangan Selasa (27/4/2010) mendatang. Efisiensi waktu, PT KA tidak akan cat ulang badan gerbong.

Ditutupnya jalur Kereta Api Parahyangan Bandung-Jakarta PP, membawa kenangan sendiri bagi komunitas pecinta kereta api. Sekitar 150 anggota Edan Sepur Indonesia melakukan perjalanan joy ride dengan KA Parahyangan pada Minggu (25/4/2010).

Penghentian operasi KA Parahyangan ditanggapi biasa oleh perusahaan travel. Mereka menyatakan penghentian tersebut tidak berdampak besar bagi perkembangan travel.

Rencana dihentikannya operasional KA Parahyangan membuat penggunanya memilih moda transportasi lain. Rata-rata mereka mengeluhkan mahalnya tarif KA Argo Gede yang menjadi pengganti Parahyangan

Pihak PT Kereta Api menuding turunnya okupansi penumpang disebabkan beroperasinya Tol Cipularang. Jika sepi, tak jarang 2 rangkaian gerbong kosong.

Meskipun tidak akan beroperasi kembali di jalur Bandung-Jakarta, namun Kereta Api (KA) Parahyangan akan diperbantukan untuk jalur Bandung-Malang, atau sebagai KA cadangan.

Sepinya KA Parahyangan, juga membebani sopir taksi gelap yang biasa mangkal di Stasiun Bandung. Penghasilan mereka sangat sedikit, sampai enggan pulang ke rumah karena tidak ada setoran untuk istri.

Meski tingkat okupansi KA Argo Gede dengan KA Parahyangan hampir sama yakni sekitar 50-60 persen, namun menurut manajemen Kereta Api, Argo Gede lebih ramai dari Parahyangan.

Jalur rel buatan Belanda yang meliuk-liuk memutar gunung, membuat kereta api kalah cepat dari moda transportasi lainnya. PT KA pun angkat tangan jika harus bersaing kecepatan dengan moda transportasi lainnya.

PT KA menghapuskan Kereta Api (KA) Parahyangan Bandung-Jakarta karena merugikan PT KA sebesar Rp 36 miliar pada tahun 2009. Persaingan dengan Tol Cipularang menjadi penyebabnya.