Pagi ini sepertinya sebagian orang yang berkantor di Jakarta pergi bekerja dengan mood yang baik. Sebab jalanan di Ibukota lancar, tidak macet seperti biasanya. Kereta rel listrik (KRL) pun longgar.

Puluhan orang dari Gerakan Rakyat Bogor Bersatu (GR2B) berunjuk rasa menentang kenaikan harga tiket KRL Bogor-Jakarta. Mereka menilai kenaikan itu tidak pantas, karena tidak diikuti peningkatan pelayanan.

Seorang pria tewas ditabrak kereta, di perlintasan Kalibata, Jakarta Selatan. Kejadian tersebut pada pukul 18.20 WIB.

Komisi V DPR yang membidangi perhubungan setuju dengan kenaikan tarif KRL yang disertai peningkatan pelayanan dan fasilitasnya. Komisi V akan mengawasi terus kenaikan tarif dan upaya peningkatan pelayanan yang dilakukan PT KAI.

PT KAI berencana menaikkan tarif angkutan KRL Commuter Line sebesar Rp 2.000 untuk semua tujuan. Namun sebagai imbal dari kenaikan harga itu, PT KAI diminta untuk dapat lebih tepat waktu dan menjaga keamanan KRL.

Direktur Pemasaran PT KAI Sulistyo Limbo menyarankan penumpang commuter line yang menolak kenaikan tarif agar tidak naik kereta. Sebab ada harga ada rupa.

Tiket KRL Commuter Line akan naik Rp 2.000 bulan Oktober mendatang. Kenaikan harga tiket dinilai bisa menyebabkan masyarakat beralih menggunakan kendaraan pribadi yang pada akhirnya menambah kemacetan di ibukota.

KRL Mania meminta PT KAI mengajak penumpang berdialog terkait rencana kenaikan harga tiket KRL commuter line. Jika kenaikan itu tak terhindarkan, pihaknya meminta agar AC hidup terus.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) berencana menaikkan tarif KRL Commuter Line di Jabodetabek rata-rata Rp 2.000 per rute KRL AC. Apa alasannya?

Oktober mendatang, tiket KRL Commuter Line akan naik Rp 2.000. Peningkatan kehandalan dan pemeliharaan prasarana KRL menjadi alasannya. Namun pengguna KRL justru ragu itu dapat terwujud.