Pada bulan Ramadhan lalu, tepatnya Minggu malam (04/08) sekitar pukul 19.30 WIB, Dua buah Bom meledak di Vihara Ekayana, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Pemerintah Myanmar diminta untuk menghentikan kekerasan terhadap warga muslim di negeri itu. Khususnya warga Rohingya yang selama bertahun-tahun telah mengalami represi dan penelantaran.

Puluhan orang pengungsi Rohingya asal Myanmar kabur dari fasilitas tahanan di pusat imigrasi Thailand. Mereka telah berbulan-bulan ditahan di kamp yang penuh sesak itu.

Seorang aktivis muslim Rohingya ditangkap setelah ia mengunggah foto-foto terkait bentrokan antara pengungsi muslim Rohingya dan pasukan keamanan di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Utusan PBB untuk masalah hak asasi manusia sudah berkunjung ke Myanmar, yang sedang dilanda kekerasan umat Buddha dan Islam.

Polisi masih terus menyelidiki kasus pengeboman yang terjadi di Vihara Ekayana, Jakarta Barat. Menurut Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Putut Bayu Seno saat ini penyidik sedang terus menganalisis CCTV Vihara.

Wakapolri Komjen Oegroseno meminta masyarakat tak usah mengaitkan teror bom di Vihara Ekayana dengan Rohingya. Usaha kait mengait seperti itu bertujuan untuk memrovokasi warga.

Mantan Wapres RI Jusuf Kalla mengecam tindakan bom yang terjadi di Vihara Ekayana, Jakarta Barat, tadi malam. JK yakin aksi teror yang terjadi semalam tidak akan memprovokasi warga.

Ruhut Sitompul, anggota komisi III DPR RI, datang meninjau lokasi bom yang meledak di Vihara Ekayana, Jakarta Barat. Ruhut hadir sendiri dengan mengenakan kemeja biru Partai Demokrat.

Beberapa waktu terakhir, teror bom di Indonesia berubah tren-nya, mulai dari tempat hiburan, fasilitas umum seperti hotel, tempat ibadah hingga kantor kepolisian. Lantas, apa analisa polisi terkait bom di Vihara Ekayana tadi malam?