Penghentian ekspor sapi Australia ke Indonesia bukan hanya disesalkan importir sapi. Para peternak maupun eksportir sapi di Negeri Kangguru tersebut kecewa bahkan ada yang melakukan tuntutan kepada pemerintahnya.

Pemerintah Indonesia dan Australia sepakat menurunkan tim independen untuk melakukan verifikasi terhadap para rumah potong hewan (RPH) yang ada di Indonesia pasca penghentian ekspor sapi oleh Australia.

Pemerintah berjanji untuk menggenjot produksi lima komoditas pangan untuk bisa lepas dari ketergantungan impor yang selama ini dilakukan. Apa saja lima komoditas tersebut?

Minimnya pasokan daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Medan berdampak bagi pengelola rumah makan, terutama mereka yang mengandalkan daging sapi sebagai menu andalan. Pasalnya, pengelola kesulitan menyesuaikan harga daging mentah dengan harga daging siap konsumsi.

Para spekulan diduga mulai bermain di air keruh pasca penghentian ekspor sapi Australia ke Indonesia. Ada dugaan importir sapi diam-diam menahan stok sapinya.

Dampak penghentian ekspor sapi dari Australia ke Indonesia langsung mengerek kenaikan harga sapi lokal. Misalnya di Sumatera Utara harga sapi lokal sudah naik hingga 20%.

Harga sapi Australia rata-rata mencapai Rp 9 juta per ekor sementara harga sapi lokal rata-rata Rp 7-8 juta per ekor dengan kualitas yang sama.

Realisasi impor sapi Indonesia yang berasal dari Australia baru mencapai 310.000 ekor dari kuota impor sapi 600.000 ekor.

Para peternak sapi lokal optimis bisa memasok kebutuhan daging sapi di dalam negeri terkait penghentian sementara ekspor sapi bakalan asal Australia selama 6 bulan.

Pemerintah Australia menghentikan sementara ekspor sapi hidup ke Indonesia selama 6 bulan. Pemerintah Indonesia menegaskan tidak panik dan bakal terus meningkatkan usaha produksi sapinya.