Pengusiran etnis Rohingya di Myanmar menjadi hambatan untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang aman. Myanmar harus memandang serius masalah ini dan mengambil langkah untuk mengatasinya.

Hari kedua ditampung di Aceh Timur, ratusan imigran Rohingya, Myanmar diberikan peralatan mandi. Mereka duduk berbaris dekat tenda penampungan sebelum dibagikan sampo, sabun dan lainnya.

Menko Polhukam Tedjo Edhy mengaku pemerintah Indonesia tidak mengundang pengungsi Rohingya ke Tanah Air. Namun pemerintah berjanji merawat para pengungsi tersebut dengan baik.

Selama hampir empat bulan, ratusan imigran Rohingya, Myanmar dan Bangladesh terombang-ambing di tengah laut. Thailand dan Malaysia menolak mereka, bahkan kapal mereka nyaris diledakkan.

Sejak semalam, sekitar 433 pengungsi dari etnis Rohingya dan Bangladesh ditampung sementara di sebuah lokasi bekas pabrik kertas di Desa Birem Bayeun, Aceh Timur, Aceh. Hingga hari ini, belum ada tempat Mandi, Cuci, Kakus (MCK). Akibatnya, sejumlah imigran Buang Air Besar (BAB) di mana-mana.

PM Malaysia Najib Razak memerintahkan Angkatan Laut negeri itu untuk melakukan misi pencarian dan penyelamatan ribuan migran Rohingya dan Bangladesh yang terombang-ambing di lautan.

Ratusan pencari suaka dari etnis Rohingya saat ini ditampung sementara di Aceh dan Sumatera Utara. Mereka sebelumnya telah terombang-ambing selama 4 bulan di laut.

Dalam sebulan terakhir, nelayan Aceh menyelamatkan 1.500 lebih imigran dari Rohingya dan Bangladesh dari tengah laut. Mereka sempat terombang-ambing dengan kondisi boat mati mesin.

Sejumlah pihak menyambut baik kesediaan Indonesia, Malaysia dan Thailand untuk menampung sementara ribuan pengungsi. Tetapi syarat prakarsa itu dikhawatirkan sulit diterapkan karena pembatasan tempo.

Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai permasalahan etnis Rohingya tak akan selesai jika tak diurai dari pangkalnya yaitu dari pemerintahan Myanmar. Kalangan internasional diminta untuk mendorong Myanmar untuk menyelesaikan konflik ini.