Tidak semua operasi plastik akan mendapatkan hasil sempurna seperti yang diinginkan. Ada risiko kegagalan dalam operasi tersebut. Nah, apa saja risikonya?

Namanya memang operasi plastik, tapi bukan berarti bahan untuk operasinya adalah ember dan barang-barang plastik lainnya. Lalu bahan seperti apa yang digunakan untuk operasi plastik?

Untuk memperbaiki penampilan, operasi plastik menjadi pilihan sebagian orang. Merogoh kocek lebih dalam pun harus dilakukan untuk menjalani prosedur ini. Berjuta-juta rupiah pun dikeluarkan demi mendapat hidung mancung.

Di zaman modern seperti sekarang ini, teknologi di bidang kesehatan pun semakin berkembang, termasuk bedah plastik. Dengan teknologi canggih, banyak bagian tubuh yang bisa 'dipermak' dan dibuat menjadi lebih menarik dengan operasi plastik.

Setiap tindakan operasi sekecil apa pun, pasti ada risikonya. Baik dari faktor pasien, dokter atau dari peralatan yang digunakan. Untuk operasi plastik, apa saja sih risikonya?

Mendengar kata operasi plastik, kebanyakan orang akan mengira itu adalah tindakan seseorang untuk membuat tubuhnya lebih cantik dan menarik. Padahal, tujuan utama operasi plastik justru bukan itu.

Setiap orang menginginkan bentuk tubuh yang sempurna. Sayang, tidak semua orang terlahir dengan bentuk tubuh yang ia inginkan. Terkadang tubuh yang sudah sempurna pun harus 'berantakan' karena kecelakaan, luka bakar atau trauma.

Laman Guardian menyebutkan ada 200 ribu perempuan muda Iran yang melakukan operasi plastik saban tahun.

Malang bagi pria ini. Ganesh Bhagat Chaurasia menderita cacat wajah langka yang membuatnya kesulitan untuk bekerja atau beraktivitas. Bahkan karena cacat yang dialaminya itu, Ganesh diusir dari rumah dan jadi gelandangan.

Irfan hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur rumah sakit. Kepalanya dibebat perban, dan jarum infus terpasang di tangan kirinya. Bila diperhatikan, kulit di bagian hidung bocah berusia 13 tahun ini membusuk.