PDIP Joko Widodo aktif bergerilya merangkul parpol lain untuk gabung dalam koalisi. Jika koalisi 'kerempeng' Jokowi menjadi gemuk, apakah tetap mempertahankan prinsip tidak bagi-bagi kursi?

Tim sembilan yang ditugaskan menjalin koalisi menjelang pemilihan presiden 9 Juli mendatang, Senin (28/4/2014) kemarin mulai bergerak.

Pada awalnya, PDIP dan capresnya Jokowi sangat percaya diri dengan koalisi 'kerempeng' untuk memperkuat sistem presidensial ke depan. Namun belakangan, Jokowi intens melakukan gerilya politik merangkul partai lain untuk gabung dalam koalisi.

"Masak kalau ada parpol yang koalisi dengan PDIP dianggurkan, tidak mungkin lah. Paling tidak dapat kursi menteri nanti."

Setelah islah, PPP langsung melakukan akrobat politik. Dari Gerindra, PPP menyeberang ke PDIP.

Capres PDIP Jokowi berprinsip tak mau mengumbar janji bagi-bagi jatah kursi menteri dalam menggalang koalisi. Dengan prinsip tersebut, Jokowi diprediksi hanya bisa membentuk koalisi 'kerempeng' yang berisi sedikit parpol.

Usai menggelar pertemuan dengan pengurus DPD I di rumahnya, Ketum Partai Golkar Aburizal Bakrie kedatangan tamu lainnya. Tamu itu ialah Waketum PPP Emron Pangkapi yang menemui Ical malam-malam. Ada apa?

Bisa dibilang saat ini baru capres PDIP Jokowi yang punya 'boarding pass' ke Pilpres 2014. Sementara capres lain seperti Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie belum aman.

Meskipun perolehan suaranya tak signifikan di Pemilu 2014 namun PPP tetap bermanuver. Manuver politik PPP bak drama televisi yang berlinang air mata namun berakhir bahagia.

Waketum PPP Suharso Monoarfa dan anggota Dewan Pembina Hamzah Haz menemui Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Pertemuan ini membawa isyarat kuat PPP bakal berkoalisi dengan PDIP mengusung pencapresan Jokowi.