Parlemen seolah tak kenal lelah. Meski langit kian gelap, tak menyurutkan semangat mereka memberikan suaranya untuk memilih pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2014-2019.

Seluruh fraksi dan kelompok DPD telah menyampaikan usulan paket calon pimpinan MPR. Sidang paripurna MPR pun memasuki tahap pemilihan paket calon pimpinan melalui voting. Sebelum tahapan itu dilakukan, pimpinan MPR mengingatkan anggota dilarang membawa alat komunikasi saat ke bilik suara.

DPD mengusung paket calon pimpinan MPR. Pengusungan paket ini menuai protes dari anggota DPD.

Ada dua paket yang diajukan sebagai calon pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Mekanisme pemilihan pun ditetapkan melalui pemungutan suara alias voting. 

Kelompok DPD RI menyampaikan pandangannya terhadap pemilihan pimpinan MPR. DPD akhirnya tak mengajukan paket, namun menyarankan para senator memilih paket yang mengusung Oesman Sapta sebagai calon ketua MPR.

Yang menarik, PPP yang baru saja berkongsi dengan KIH untuk pemilihan pimpinan MPR ini sempat berkampanye 'menyindir' kubu tetangga.

Ada yang berbeda dari Partai NasDem saat menyampaikan paket pimpinan MPR. Bachtiar Aly selaku perwakilan fraksi Partai Hanura sempat meminta para calon yang diusung untuk berdiri.

Fraksi-fraksi di MPR satu persatu diberi kesempatan untuk menyampaikan paket pimpinan. PDIP menyampaikan paket yang mereka usung. Suasana Paripurna bergemuruh.

PPP gagal mencapai kesepakatan dengan parpol lainnya di Koalisi Merah Putih (KMP) soal posisi wakil ketua MPR. Sikap mutlak PPP untuk mempertahankan Hasrul Azwar sebagai calon wakil ketua MPR dianggap sebagai penyebab pecahnya dari KMP.

Koalisi Merah Putih (KMP) gagal mempertahankan PPP tetap berada dalam barisannya. Kepindahan PPP merapat ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dianggap KMP sebagai fakta politik yang tidak bisa dihindari.