Penolakan pemilihan langsung dari Yogyakarta sangat kuat. Kades DIY yang tergabung dalam Parade Nusantara mengancam akan memboikot Pilkada langsung di Yogyakarta bila jadi digelar.

Kamis kemarin Presiden SBY berpidato panjang lebar terkait RUUK DIY. Pidato panjang itu dinilai sangat normatif untuk mencari aman. Pernyataan yang lebih tegas justru disampaikan menterinya. Inilah strategi canggih SBY.

Esuk tempe sore dele (pagi tempe sorenya kedelai). Pepatah Jawa yang artinya ketidakkonsistenan itu dipakai oleh Forum Komunikasi Seniman Tradisi se-DIY untuk menggambarkan sikap pemerintah terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta.

Rapat kabinet tentang RUUK DIY memutuskan jabatan gubernur dan wakil Yogyakarta akan dipilih melalui Pemilukada. Sedangkan posisi Sultan dan Paku Alam berada di atas Gubernur. Hal ini dinilai akan membuat rakyat Yogya bingung karena akan ada 2 imam.

Klarifikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang monarki terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta dinilai terlambat. Isu referendum sudah terlanjur mengemuka.

Presiden SBY menjelaskan panjang lebar seputar RUU Keistimewaan Yogyakarta. Pengamat menilai, hal itu dilakukan SBY yang menyadari tendangan bolanya melahirkan kontroversi.

Pramono Anung menyambut positif rencana Presiden menggelar konferensi pers soal keistimewaan Yogyakarta. Pram berharap Presiden memenangkan situasi masyarakat yang memanas karena statement sebelumnya terkait monarki.

Kontroversi RUUK DIY menyebabkan Presiden SBY dan Sultan HB X menjadi perbincangan. Sultan menegaskan hubungannya dengan SBY tidak ada masalah.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X enggan berkomentar soal wacana referendum DIY. Sultan meminta agar semua pihak tidak memancing dirinya berhadapan dengan Presiden.

Usulan referendum mengemuka lantaran pembahasan RUUK DIY tidak rampung-rampung. Perdebatan panjangnya adalah terkait pemilihan atau penetapan gubernur. Bila referendum dilakukan, dikhawatirkan terjadi ketegangan politik.