Rupiah masih dalam ancaman di tengah harga minyak yang tak kunjung surut. Menurut dealer, faktor utama yang mengancam rupiah masih berasal dari tingginya harga minyak karena Indonesia sudah menjadi net importir.
Lonjakan harga minyak yang tak kunjung reda masih akan menghantui investor di pasar modal. Pelaku pasar kian cemas terhadap kondisi keuangan negara karena menggelembungnya defisit.
Tekanan jual saham diprediksi masih terus berlanjut hingga perdagangan hari ini. Tingginya harga minyak dan merosotnya rupiah menjadi sentimen negatif utama.
Nilai tukar rupiah pada Rabu (20/7/2005) kembali anjlok ke level Rp 9.482 per dolar AS. Rupiah kembali terpental akibat tekanan dari faktor eksternal dan juga internal.
Nilai tukar rupiah pada Jumat (15/7/2005) menguat tajam ke level Rp 9.775 per dolar AS. Padahal pada awal perdagangannya, rupiah sempat anjlok lagi di level Rp 9.805 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah kembali melemah ke level Rp 9.800 per dolar AS, setelah pada perdagangan sebelumnya sempat menguat hingga ke level Rp 9.700-an per dolar AS.
IHSG diprediksi kembali melemah seiring kembali ambruknya sejumlah bursa utama dunia setelah harga minyak dunia kembali menembus level US$ 61 per barel.