Seolah tak sabar menunggu kemenangan Jokowi di Pilpres, PDIP telah menyusun kabinet bayangan. Sayang banyak diisi kader PDIP dan minus kalangan profesional, padahal kabinet Jokowi diharapkan diisi tokoh profesional di bidangnya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani diisukan ingin mundur karena prosedur pemilihan Wawali Surabaya Whisnu Sakti Buana dari PDIP yang kontroversial. Kalangan PDIP Pro Jokowi (Projo) berharap jika Gubernur DKI itu jadi nyapres maka diberi wewenang untuk ikut menentukan cawapresnya.

Pencapresan Gubernur DKI Jokowi lewat PDIP dikabarkan sudah final. Kalangan PDIP Pro Jokowi mendesak Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri tak menunda-nunda deklarasi pencapresan Jokowi.

Skenario duet Mega-Jokowi diprediksi kalah di Pilpres 2014. Kabarnya Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri mulai realistis dan mulai legowo mendukung pencapresan Jokowi.

Dukungan terhadap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus meluas. Banyak pihak menyarankan Risma bertahan demi warga Surabaya.

Hasil survei Laboratorium Psikologi Politik UI menunjukkan cukup tingginya tingkat keterpilihan (elektabilitas) Tri Rismaharini. Tingginya elektabilitas ini membuka peluang bagi Risma untuk naik ke level nasional.

Di tengah elektabilitasnya yang tinggi, Gubernur DKI Jokowi malah diposisikan PDIP jadi cawapres Ketum Megawati Soekarnoputri. Di posisi kedua tokoh fenomenal saat ini adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Akankah Risma menjadi penakluk Jokowi?

Gubernur DKI Jakarta Jokowi kabarnya hampir pasti jadi cawapres Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Jika Jokowi mau jadi pendamping Mega, maka Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini punya peluang meroket.

Pemilu 2014 baru akan dilaksanakan pada 9 April 2014, namun 'libido politik' caleg pada 2014 sangatlah tinggi bahkan mengarah ke 'maniak politik'. Dengan berbagai cara mereka saat ini 'merayu' rakyat, namun yang penting rakyat atau pemilih jangan sampai tertipu.

Posisi puncak dalam setiap survei capres yang diraih Jokowi dinilai tidak sehat untuk demokrasi Indonesia. Harus ada tokoh lain untuk mengimbangi popularitas Jokowi.