Dalam KTM Gerakan Non-Blok di Bali, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato dengan Bahasa Inggris. Hal ini cukup disayangkan, mestinya SBY menggunakan bahasa Indonesia.

UU No 24 Tahun 2009 mengatur kewajiban seorang presiden berpidato dalam bahasa Indonesia. Aturan itu kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam Perpres Nomor 16 tahun 2010. Bagaimana isinya?

Pidato Presiden SBY yang menggunakan bahasa Inggris saat membuka KTM ke-16 GNB di Bali memunculkan wacana agar UU Nomer 24 Tahun 2009 diamandemen. Amandemen UU ini boleh-boleh saja jika diperlukan.

Presiden SBY berpidato dengan menggunakan bahasa Inggris saat membuka Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-16 Gerakan Non Blok (GNB). Pidato bahasa Inggris oleh Presiden dinilai sah-sah saja.

Bukan hanya diatur dalam UU, keharusan Presiden untuk berbahasa Indonesia dalam forum resmi juga diatur dalam Keppres. Keppres itu dibuat oleh Presiden SBY sendiri.

Presiden SBY menggunakan Bahasa Inggris saat berpidato di depan forum KTM Gerakan Non-Blok di Bali kemarin. Hal ini disayangkan oleh politisi senior, Akbar Tandjung karena pidato harus disesuaikan dengan situasi forum internasional.

Presiden SBY menggunakan bahasa inggris saat berpidato di depan forum KTM Gerakan Non-Blok di Bali kemarin. Menurut Wakil Ketua DPR, Pramono Anung, Presiden tidak melanggar UU.

Pembelaan datang dari kubu Partai Demokrat terkait pidato Presiden SBY yang sering menggunakan Bahasa Inggris dalam pidatonya. Menurut anggota DPR dari Fraksi Demokrat Roy Suryo, Presiden SBY sama sekali tidak melanggar UU.

Pidato SBY yang belakangan sering mengunakan bahasa Inggris mendapat banyak kritikan. Namun menurut Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) pidato Presiden dengan mengunakan bahasa Inggris tersebut lebih untuk menghormati forum yang sedang dia ikuti.

Presiden SBY belakangan sering berpidato dalam Bahasa Inggris. Maklum, Indonesia akhir-akhir ini sering menjadi tuan rumah acara-acara internasional. Mulai dari KTT ASEAN hingga acara konferensi tingkat menteri (KTM) ke-16 Gerakan Non Blok (GNB) di Grand Hyatt Hotel, Nusa Dua, Bali.