Tabrakan antara kereta api dan satu unit mobil minibus menyebabkan tujuh orang meninggal dunia dan tiga lainnya luka-luka, Jumat (28/10/2011) malam. 

Hari pertama yang menegangkan. Ruang bawah tanah Lawang Sewu ternyata pernah dijadikan penjara pada jaman penjajahan Jepang. Tapi masih ada cerita lain yang tidak kalah menarik ternyata!

Kondisi masinis KA Gajayana Lebaran, Yodian Wiliarso, berangsur membaik usai insiden pembajakan. Yodian diistirahatkan sementara dari tugas regulernya mengemudikan kereta jarak jauh.

Hingga selang sehari, keterangan Sertu Darso, pembajak KA Gajayana, kepada Pomal yang memeriksanya, terus berubah-ubah. Pomal mengindikasikan yang bersangkutan mengalami depresi.

TNI AL menganggap keterangan Sertu Dasro bahwa ia membajak KA Gajayana karena ingin menghadap komandannya, tidaklah logis. Selain karena Sabtu kemarin hari libur, juga ada aturan baku.

Pascapembajakan Kereta Api Gajayana Lebaran, polisi akan mengawal ketat operasional kereta. Lokomotif dan kereta akan dikawal petugas hingga tujuan.

Aparat Resmob Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya menangkap dua pria yang diduga melakukan pembajakan Kereta Gajayana Lebaran. Satu pria yang ditangkap, Sugiyanto, dilepas aparat polisi karena tidak terlibat dalam aksi pembajakan.

Masinis KA Gajayana Lebaran, Yodian Wiliarso, sempat ditodong senjata api dan sebilah sangkur saat keretanya dibajak penumpang gelap. Akibat aksi tersebut, Yodian mengalami luka memar dan tergores senjata tajam.

Ribuan penumpang kereta di Stasiun Senen, Jakarta Pusat geger ketika mendengar bunyi letusan senjata api. Polisi mengkonfirmasi jika letusan berasal dari senjata milik polisi untuk mengamankan pelaku pembajakan kereta.

Kereta Api Gajayana dari arah Malang menuju Jakarta tiba-tiba saja dimasuki 3 penumpang gelap saat berhenti di Stasiun Trisi. Mereka lantas membajak kereta dengan cara meminta masinis menjalankan kereta ke arah yang mereka mau.