Seorang perempuan asal Surabaya melahirkan bayi kembar lima. Meski prematur, namun kelima bayi dalam keadaan sehat. Sang ibu sehat dan dalam masa pemulihan.

Infeksi pertama virus dengue relatif tak mematikan dan bisa sembuh tanpa banyak gejala. Tapi, infeksi kedua bisa lebih bahaya dan bayi rentan terhadap hal ini.

Pola makan anak terdiri dari tiga periode yaitu cair, setengah padat, dan padat. Nah, pemberian MP ASI menjadi masa transisi yang penting.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, 93,5% penduduk Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Hal ini pun disebutkan pakar karena kurangnya latihan konsumsi sayur sejak masa anak-anak.

Anak yang cenderung susah makan bisa menyebabkan pemenuhan gizi yang tidak tercukupi sehingga dapat memberikan dampak buruk bagi anak. Salah satu tandanya adalah wajah yang terlihat tua kendati usianya masih anak-anak.

Saat mulai dibiasakan dengan MPASI (makanan pendamping ASI), bukan berarti bayi langsung menyukainya. Bahkan terkadang karena makanan yang diberikan itu-itu saja, bayi juga bisa merasa bosan dan menolak MPASI yang diberikan.

Selama ini bayi hanya tahu jika makanannya adalah ASI (Air Susu Ibu). Namun saat usianya bertambah dan ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan nutrisi anak, MPASI pun mulai diperkenalkan. Lantas apa yang akan terjadi saat tubuh bayi beradaptasi dengan MPASI?

Bubur instan, biskuit dan beberapa jenis kue yang banyak dijual sebagai makanan pendamping air susu ibu (MPASI) terkadang membuat bingung. Lebih baik membeli produk itu atau membuat MPASI sendiri ya?

Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sebaiknya tidak ditambahkan bumbu dan perasa. Pakar mengatakan, penambahan bumbu dan perasa seperti gula, garam, merica dan sejenisnya dapat membuat anak menjadi pilih-pilih makanan.

Makanan pendamping air susu ibu (MPASI) diberikan agar bayi mulai terbiasa dengan makanan padat. Namun perlu diingat pemberian porsinya harus seimbang dengan ASI sesuai umur agar kebutuhan nutrisi anak tetap tercukupi.