Indikator Politik Indonesia merilis hasil perhitungan suara melalui metode Exit Poll. PDIP memimpin dengan perolehan 14,6% mengalahkan Golkar (11,5%) dan Gerindra (9,4%).
Saat ini tingkat ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap politik dan pemilu terasa sangat rendah. Untuk itu, tentu diperlukan adanya upaya atau strategi yang tepat agar tingkat partisipasi masyarakat kembali meningkat pada Pemilu 2014.
Latar belakang utama berdirinya sebuah lembaga survei adalah memberikan pendidikan politik terhadap publik melalui penelitian yang obyektif. Menjadikan lembaga survei sebagai tempat utama mencari nafkah merupakan salah kaprah dan berbanding terbalik dengan proses demokratisasi.
Usai Pemilu, diprediksi banyak caleg mengalami stres karena tidak terpilih. Namun tidak semua orang sepakat dengan prediksi ini, seorang dokter jiwa memperkirakan hanya sedikit caleg yang stres.
Penghitungan cepat dinilai dapat mempengaruhi setiap pemilih dan rawan pesanan dari para peserta pemilu. Padahal quick count sebenarnya adalah alat pantau agar tidak terjadi kecurangan.
Ketua Pendiri Institut Kepresidenan Indonesia yang juga anggota komite konvensi capres PD, Christianto Wibisono, memprediksi akan ada dua kubu di Pilpres 2014 mendatang. Lalu mana yang lebih kuat antara Front Banteng Nasional vs Kloter Garuda?
Partai Gerindra menanggapi hasil survei Indikator Politik yang menempatkan PDIP sebagai pemenang dan Gerindra di urutan ketiga. Bagi Muzani, tidak ada yang baru dalam survei ini.
Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia pimpinan Burhanuddin Muhtadi menunjukkan elektabilitas PDIP naik setelah penetapan Jokowi menjadi capres. Meskipun demikian efek elektabilitas Jokowi belum maksimal mendongkrak suara PDIP.