Subsidi Rp 1,8 Triliun untuk Deadpool & Wolverine Bikin Inggris Meradang
Jumlah total insentif yang diberikan dilaporkan mencapai £ 82 juta, yang setara dengan sekitar Rp 1,81 triliun (dihitung menggunakan kurs £1 = Rp 22.043,17).
Kredit pajak yang fantastis ini merupakan rekor tertinggi yang pernah dibayarkan kepada satu studio dalam satu tahun sejak skema insentif pajak film diperkenalkan oleh Inggris pada 2007.
Menurut laporan yang dipublikasikan oleh The Standard dikutip dari ComicBook pada Senin (1/12/2025) total biaya produksi Deadpool & Wolverine mencapai sekitar £418,1 juta (sekitar Rp 9,2 triliun).
Namun, insentif pajak sebesar £82 juta ini, yang terdiri dari pengembalian pajak utama sebesar £60,9 juta dan tambahan £21,1 juta dari tahun fiskal 2023, secara efektif mengurangi biaya produksi bersih film tersebut. Skala subsidi ini langsung memicu kemarahan dari para pegiat dan organisasi pembayar pajak.
Mereka berpendapat jumlah uang yang sangat besar tersebut, yang berasal dari kas publik, seharusnya dialokasikan untuk layanan publik yang tengah kesulitan, bukan untuk memberikan subsidi kepada korporasi hiburan global sebesar Disney.
Untuk memberikan gambaran perbandingan, jumlah Rp 1,81 triliun tersebut diklaim cukup untuk menutupi biaya 4.227 operasi panggul atau pembelian 61 mesin MRI di layanan kesehatan Inggris (NHS).
John O'Connell, Kepala Eksekutif TaxPayers' Alliance, menyuarakan kecaman keras.
"Sungguh luar biasa pada saat beban pajak sedang mencekik keluarga biasa, para menteri justru menyerahkan puluhan juta poundsterling kepada salah satu korporasi paling menguntungkan di dunia untuk membuat film superhero," ujarnya.
"Subsidi-subsidi ini seharusnya dihapuskan atau dibatasi secara ketat. Uang pembayar pajak harus digunakan untuk memperbaiki layanan publik, bukan untuk mendongkrak neraca keuangan raksasa hiburan global."
Pemerintah Inggris selama ini menggunakan insentif pajak untuk menarik produksi Hollywood skala besar, dengan harapan langkah tersebut akan mendorong investasi, menciptakan lapangan kerja, dan menopang industri film lokal.
Inggris, terutama di sekitar Pinewood Studios, telah menjadi lokasi yang sangat populer untuk banyak film besar, termasuk proyek-proyek Disney.
Namun, nilai sebenarnya dari insentif ini bagi perekonomian Inggris secara keseluruhan dipertanyakan. Dan Neidle, seorang pengacara pajak dari Tax Policy, menyatakan meskipun kredit pajak ini vital bagi industri perfilman, nilainya bagi Inggris secara keseluruhan masih belum jelas.
Saat ini, gejolak publik atas subsidi Deadpool & Wolverine masih terbatas. Namun, jika perdebatan ini terus meningkat, tidak menutup kemungkinan pemerintah akan didesak untuk merevisi kebijakan kredit pajak film yang sudah berlaku sejak 2007.
Perubahan kebijakan semacam itu tentu akan memaksa Hollywood untuk beradaptasi, berpotensi menggeser lokasi produksi film besar di masa mendatang.
(ass/dar)











































