Sisi Melayu Melankolia dari Luvia Band dalam Buang Garam Di Laut

Lagu ini menjadi penanda kuat bahwa Luvia tetap konsisten dengan identitas musikalnya yang romantis, emosional, dan penuh makna.
Diciptakan dan diproduseri oleh Hendy Irvan, lagu ini menyajikan kisah cinta sepihak yang pilu.
Lewat lirik-lirik yang lugas namun puitis, Luvia menggambarkan perasaan seseorang yang mencintai dengan tulus, namun tidak pernah benar-benar dihargai, tertera dalam keterangan pers, Minggu (14/9/2025).
Baca juga: Ini Alasan The Rock Jadi Kurusan |
Aransemen musik yang digarap bersama Rahman Hakim dan personel Luvia sendiri menghadirkan harmoni khas pop Melayu dengan kombinasi beat pelan namun menghanyutkan. Ada juga sentuhan gitar dan vokal latar dari Syeliah yang memperkuat rasa getir dan kehilangan.
"Lagu ini tentang menyadari bahwa perjuangan cinta kita sia-sia, dan menerima kenyataan bahwa tidak semua cinta akan dibalas. Tapi dari situ, kita belajar untuk memaafkan dan melangkah," ujar Luvia Band.
Yang membuat Buang Garam di Laut semakin istimewa adalah posisinya dalam benang merah cerita musik Luvia.
Meski dirilis terbaru, lagu ini sejatinya merupakan awal kisah yang kemudian berlanjut pada dua single Luvia sebelumnya, Lelah dan Kalah serta Orang yang Salah.
Jika Buang Garam di Laut adalah potret awal cinta sepihak yang sia-sia, maka Lelah dan Kalah menggambarkan keteguhan hati yang tetap mencoba meski berkali jatuh, sebelum akhirnya sampai pada klimaks penyesalan pahit di Orang yang Salah.
Dengan demikian, tiga lagu ini membentuk satu rangkaian narasi yang utuh yaitu perjalanan mencintai, berulang kali berharap, hingga akhirnya menyadari pilihan hati yang keliru.
Lagu ini bukan hanya untuk menemani malam-malam sepi, tetapi juga menjadi soundtrack sempurna bagi siapa pun yang sedang mencoba mengikhlaskan.
Buang Garam Di Laut sudah ada di seluruh platform digital musik dan menjadi bagian dari langkah Luvia Band untuk terus memperkuat eksistensinya di jalur pop Melayu modern.
(pig/tia)