Cara Aruma Bangkit dari Perundungan di Sekolah

Perundungan yang dialami Aruma dimulai sejak MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Di malam terakhir MPLS, ia harus menghadapi momen yang sulit.
"Aku dibawa dan dilabrak sendirian sama cewek-cewek hits, istilahnya," kata Aruma.
Tuduhan yang dilontarkan pun cukup menyakitkan. Mereka menuduh Aruma bersikap centil dan menghakiminya atas hal-hal sepele, seperti cara dia memandang orang lain.
Lip tint yang dipakai Aruma-sesuatu yang wajar untuk siswa seusianya-juga dipermasalahkan, meskipun banyak teman sebayanya yang memakai hal serupa tanpa masalah.
Setelah MPLS berakhir, perundungan tidak berhenti. Saat duduk di kelas 1 SMA, Aruma terus menjadi sasaran sindiran dan perlakuan buruk, terutama dari geng siswi kelas 11.
Hal ini makin parah ketika Aruma mulai berkencan dengan seorang siswa kelas 12. Mantan pacar siswa tersebut bahkan menyiramkan minuman ke Aruma di kantin sekolah, tepat di depan banyak siswa lain.
Baca juga: Aruma Ternyata Punya Bakat Desain |
Selain itu, kehidupan sosial Aruma juga terganggu. Ia sempat ditolak masuk salah satu ekstrakurikuler dengan alasan yang tidak jelas. Meskipun sempat melapor ke guru bimbingan konseling, tidak ada tindakan nyata yang dilakukan untuk menghentikan perundungan ini.
Namun, di tengah tekanan dan perlakuan tidak adil, Aruma tetap memilih untuk fokus pada pendidikannya. Usahanya membuahkan hasil, menjadi peringkat ketiga terbaik di kelasnya dan bahkan mendapatkan pengakuan sebagai mahasiswa berprestasi di perguruan tinggi.
Aruma berharap, kisahnya menjadi pengingat penting bagi semua orang, khususnya generasi muda, tentang bahaya perundungan.
(dar/dar)