Jatuh Bangun Pendakwah Bertato Roni Bodax

Pendakwah Roni Bodax menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku hingga pada akhirnya ia berhijrah.
Dalam penuturannya, pesan dari sang ibunda menjadi titik balik yang membuatnya memutuskan untuk berbenah diri dan masuk pesantren.
"Ada pesan dari ibu untuk berubah, akhirnya memutuskan untuk mondok (pesantren)," kata Roni Bodax kepada detikcom.
Namun, hijrah bukanlah sesuatu yang mudah bagi Roni. Ia mengaku menghadapi berbagai tantangan, terutama saat pertama kali berdakwah. Beberapa kali ia mengalami penolakan, membuatnya merasakan betapa sulitnya diterima oleh masyarakat di awal perubahan hidupnya.
"Sulit sekali, pertama dakwah dapat penolakan, keduanya juga ditolak lagi, awalnya sulit sekali buat diterima," tuturnya.
Meski demikian, ketekunan pendakwah berusia 28 tahun itu akhirnya membuahkan hasil. Kini, semakin banyak orang yang mulai menerima dirinya serta perubahan yang ia bawa.
Baca juga: Keren! Ada Jasa Detektif Perselingkuhan |
"Alhamdulillah sekarang udah banyak yang bisa menerima," ucapnya dengan penuh rasa syukur.
Salah satu tantangan lain yang dihadapinya adalah masalah tato di tubuhnya. Roni Bodax mengaku bahwa menghapus tato lebih menyakitkan dibandingkan membuat tato baru, sehingga ia memutuskan untuk tidak menghapusnya.
"Menghapus tato itu jauh lebih sakit, jadi kalau diminta hapus atau tambah tato, lebih baik saya nambah," jelasnya.
Namun, ia menegaskan bahwa tato tidak menghalangi dirinya untuk menjalankan ibadah dan tetap dekat dengan agama.
"Tato ini bukan penghalang. Kalau orang bertato tidak boleh salat, banyak orang yang nyaman bermaksiat," tambahnya.
Roni Bodax kini menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang, menunjukkan bahwa perubahan hidup dan spiritual bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang latar belakang atau penampilan luar.
Masih banyak cerita yang akan dibagikan oleh Roni Bodax dan hal tersebut bisa kamu saksikan selengkapnya di program Jam Praktek yang akan segara tayang di TRANS TV.