Menguji Eksperimen Baru Perunggu Lewat Dalam Dinamika

Tak pelak, album ini dikerjakan sangat serius oleh ketiganya dalam waktu yang cukup lama, termasuk hingga harus membuang 17 lagu di antaranya. Perunggu menyebut energi album ini berasal dari dinamika hidup yang tak
berhenti, yang terus bergerak dan membentuk manusia di dalamnya.
Formula Baru
Perunggu memulai proses rekaman album kedua pada September 2024. Sebelumnya, band yang digawangi oleh Maulana Ibrahim (vokal dan gitar), Ildo Hasman (drum dan vokal latar), dan Adam Adenan (bass dan vokal latar) ini telah merampungkan 18 demo lagu yang rencananya masuk ke album kedua. Namun rasa sreg yang gagal ditemukan saat menggarap lagu-lagu tersebut membuat Perunggu tidak ragu melepas belasan lagu tadi dan memulai lagi semuanya dari awal.
"Gara-gara pas kami bikin dan ketika kami dengar, kok kayaknya nggak fun ya lagunya, ketika bikinnya kayak ada perasaan berusaha mengalahkan Memorandum, which itu adalah intensi yang salah sebenarnya." kata Maul kepada detikcom, beberapa waktu lalu.
"Ekspektasi yang paling berat untuk dihadapi itu justru dari diri sendiri." lanjut Maul.
Berbekal perasaan bersalah yang disadari ketika ingin mengalahkan kesuksesan album pertama itu, Perunggu lalu mengulang kembali racikan album kedua. Formulanya masih sama: lirik yang mengambil tema irisan kehidupan, serta melodi dan musik rock khas Perunggu yang penuh energi.
Formula tersebut kemudian diracik oleh Enrico Octaviano dan Petra Sihombing, salah dua produser paling sibuk di Indonesia saat ini. Dua nama tersebut membuat lagu-lagu Perunggu punya rasa baru dengan sentuhan elemen-elemen sonik yang tak biasa untuk memperkuat atmosfer emosional lagu.
"Kami jadi lebih eksploratif di sisi bunyi-bunyian lainnya, yang mungkin kalau tanpa Petra dan Enrico, itu kayaknya nggak dapat." kata Adam.
Dalam waktu kurang dari setahun, sembilan lagu rampung dan menandai babak baru Perunggu sebagai band yang kini diisi oleh musisi penuh waktu. Pengerjaan album ini juga menyadarkan Perunggu, bahwa diri sendiri adalah 'rumah pertama' dari kebahagiaan karya tersebut.
"Intinya kami ingat lagi di awal pada saat kami bikin musik, selama kami happy bikinnya dan senang dengan hasilnya, itu udah cukup." kata Adam.
Perunggu juga memperluas tema lirik dan musik untuk Dalam Dinamika. Jika EP Pendar menceritakan realita dalam sebuah ruangan kerja, dan Memorandum merayakannya dalam perspektif yang lebih luas, maka Dalam Dinamika membawa pendengarnya menghadapi realita yang lebih luas lagi sebagai manusia. Tak cuma soal pekerjaan, tapi juga masuk ke pertemanan dan urusan percintaan.
Eksperimen Dalam Dinamika
Meski memperkenalkan band-nya sebagai band rock, Perunggu dalam album kedua berusaha memperluas jangkauan musik dan liriknya ke frekuensi yang lebih lebar. Ini membuat Dalam Dinamika menjadi album yang penuh eksperimen.
Eksperimen pertama adalah keputusan menggunakan Enrico Octaviano dan Petra Sihombing sebagai produser album ini. Kedua nama yang tergabung dalam rumah produksi musik Dua Puluh Tiga Studio tersebut juga baru pertama kali diduetkan untuk menggarap sebuah album. Pengerjaan album ini bahkan dilakukan secara hybrid oleh kedua produser tersebut; Enrico di Jakarta dan Petra di Bali.
Digawangi oleh Enrico dan Petra, lagu-lagu dalam album kedua kemudian mendapatkan sentuhan warna yang berbeda dibandingkan Memorandum. Jika Memorandum terdengar berapi-api dan penuh perenungan, maka Dalam Dinamika mencoba lebih dewasa menceritakan perjuangannya menghadapi kehidupan.
Single perdana album ini yang berjudul "Tapi" menjadi penanda Perunggu tengah menawarkan eksperimen baru dalam musiknya. Tambahan synthesizer, keyboard, dan mellotron memperkaya kedalaman musikal tanpa menghilangkan nuansa rock khas Perunggu.
Perunggu kemudian menghadirkan "Berhasil" yang juga sukses menyedot perhatian telinga pendengarnya. Kesederhanaan lagu yang hanya diisi vokal dan gitar akustik justru menjadi daya pikatnya.
Sebelum Dalam Dinamika dirilis, Perunggu memperkenalkan satu lagu lagi dari album dua, yakni Pikiran yang Matang. Lagu ini juga sukses membawa Perunggu kembali mendulang atensi.
Lagu-lagu lainnya juga tak kalah menarik buat disimak. Ada sejumlah eksperimen baru yang dibawa Perunggu ke Dalam Dinamika, yang tak kita temukan di Memorandum.
Misalnya lagu Berita Buruk yang vokalnya diisi oleh Ildo, sang drummer. Memang, drummer mengisi vokal lagu pada sebuah band bukanlah hal baru. Namun, lebih dari itu, lagu ini juga terdengar sama sekali berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Lagu ini membangun suasana gelap ala post-rock dengan tempo pelan, efek delay, reverb, dan melankolis.
Jika Berita Buruk standout dengan musiknya, maka Aku Ada Untukmu yang riang dan santai, menggelitik dengan liriknya. Kemampuan Maul menulis lirik jenaka diuji saat memasukkan nama-nama bapak yang sering jadi bahan candaan di sekolah.
Perunggu menunjukkan sisi rock-nya yang semakin berkembang pada lagu Amalan Baik, Gemilang, Biarkan Ia Tumbuh, dan Abu. Rasanya, keempat lagu ini jadi pembuktian kalau kolaborasi Perunggu dengan duet Enrico-Petra membawa napas segar buat musik rock dalam negeri.
Lagu terakhir menjadi cukup spesial mengingat ia adalah satu-satunya yang lolos dari 18 lagu yang 'dibuang' sebelumnya. Lagu ini cukup standout sebagai penutup meski punya lirik paling pendek di antara yang lain.
Mantra Perunggu
"Ini band bikin lagu cocok banget buat kelas pekerja, karyawan, sangat2 relate."
"Belakangan ini memang lagi jenuh pisan sama rutinitas kerja. Terus kemarin anak sakit dan harus dirawat, alhamdulillah di-cover sama asuransi perusahaan. Jadi ya mari kita telan kembali jenuh ini asal istri anak terjamin kehidupannya. Semangattt."
"Selalu semangat tiap berangkat kerja denger lagu ini di tengah dempet2an di commuterline, senyum istri di wallpaper gadget selalu membuat kuat."
Tiga komentar yang dikutip dari kolom komentar video-video Perunggu di Youtube tersebut mewakili perasaan pendengar Perunggu yang mendengarkan mini album Pendar dan Memorandum. Lagu-lagu Perunggu menjelma menjadi semacam mantra yang menguatkan para pejuang kehidupan di tengah derasnya arus persaingan menjadi nomor satu.
Perunggu menjadi antitesis dalam semangat menjadi nomor satu. Perunggu mengajak pendengarnya untuk tak apa jika tak jadi pemenang, juara tiga juga layak dirayakan. Barangkali hal itu juga yang bikin Perunggu akhirnya tak berusaha mengalahkan kesuksesan album pertama.
"Kita sering ngobrol dan mengingat kembali ke momen di mana kami memulai ini. 2019 kami mulai ketemu bareng dan inget rasa waktu itu kayak gimana sih. Pulang kantor ke studio, jamming, main musik, dan senang. Kami kembali lagi ke rasa itu. Happy pada saat membuat dan mendengarkan hasilnya." kata Adam.
"Ada momen kita ngobrol 'Perunggu sekarang rame ya yang nonton kalau manggung'. Takabur-takabur kecilnya muncul (maul). Tapi kita coba grounding lagi, niatnya apa sebenarnya. Ujungnya niatnya nyenengin diri sendiri, nyenengin keluarga, dan nyari berkah, nggak yang lain." tambah Ildo.
"Kalau saya pribadi, selama manggung masih bareng sama mereka, masih lihat-lihatan sambil ketawa di atas panggung, itu insyaallah sudah cukup." jelas Maul.
Perunggu menunjukkan bahwa konsistensi dan daya juang sudah cukup, meskipun tidak sempurna. Perunggu mengajarkan bahwa hidup bukan selalu soal menang mutlak, tapi soal bertahan dan tumbuh.
Dalam hidup, kita sering tidak selalu jadi nomor satu. Kadang justru dari posisi "tiga" itulah kita menemukan makna keseimbangan: cukup berhasil, tapi masih ada ruang untuk belajar, mencoba, dan mengejar impian berikutnya.
Tidak berada di posisi teratas juga membuat kita belajar untuk bersyukur dan rendah hati. Seperti halnya lagu-lagu Perunggu yang menyeimbangkan rasa bangga dengan rasa ingin terus berkembang.
Hingga tulisan ini dirilis, tak ada satupun lagu Perunggu di Spotify yang dimainkan di bawah satu juta, kecuali untuk lagu-lagu yang baru dirilis dari album Dalam Dinamika. Artinya, eksperimen Perunggu selalu berhasil menyentuh banyak orang. Menarik melihat seberapa jauh Dalam Dinamika bakal membawa Perunggu lebih dicintai lagi.
Yang pasti, ketiga personelnya kini telah melepas statusnya sebagai karyawan kantoran dan memilih menjalani mimpi-mimpi mereka dengan menjadi musisi penuh waktu. Eksperimen seperti apa lagi yang bakal kita temui dari Perunggu di masa depan? Biar waktu yang menjawabnya.
(eds/dar)