Protes Rencana UU Hak Cipta, 1.000 Musisi Rilis Album Sunyi

Asep Syaifullah
|
detikPop
NEW YORK, NY - SEPTEMBER 16:  Damon Albarn of Gorillaz performs onstage during the Meadows Music and Arts Festival - Day 2 at Citi Field on September 16, 2017 in New York City.  (Photo by Nicholas Hunt/Getty Images)
Damon Albarn. Nicholas Hunt/Getty Images
Jakarta - Lebih dari 1.000 musisi termasuk Annie Lennox, Damon Albarn, dan Kate Bush akan merilis album sunyi sebagai protes terhadap rencana perubahan Undang-undang Hak Cipta oleh pemerintah Inggris, yang menurut mereka akan memudahkan perusahaan AI untuk melatih model menggunakan karya berhak cipta tanpa lisensi.

Berdasarkan proposal baru tersebut pengembang AI akan dapat menggunakan konten kreator di internet untuk membantu mengembangkan model mereka, kecuali pemegang hak memilih untuk menolaknya.

Album sunyi tersebut bertajuk This What We Want? yang dirilis pada hari Selasa (25/2). Mereka pun berharap album ini akan menarik perhatian pada potensi dampaknya terhadap mata pencaharian dan industri musik Inggris.

Semua keuntungan dari rekaman yang diberi judul This What We Want? akan disumbangkan ke lembaga amal Help Musicians.

"Dalam musik masa depan, apakah suara kita tidak akan terdengar?" kata Kate Bush dalam sebuah pernyataan dilansir dari BBC.

Album tersebut yang juga didukung oleh orang-orang seperti Billy Ocean, Ed O'Brien dari Radiohead dan Dan Smith dari Bastille, serta The Clash, Mystery Jets dan Jamiroquai menampilkan rekaman studio dan ruang pertunjukan yang kosong, yang menunjukkan apa yang ditakutkan para artis sebagai dampak potensial dari perubahan hukum yang diusulkan.

Daftar lagu untuk rekaman tersebut hanya mengeja pesan: "Pemerintah Inggris tidak boleh melegalkan pencurian musik untuk menguntungkan perusahaan AI."

Pemerintah Inggris sebelumnya berniat untuk memberikan kepastian hukum melalui rezim hak cipta yang memberi para kreator "kendali nyata" dan transparansi.

Saat ini, mereka sedang berkonsultasi tentang proposal yang akan memungkinkan perusahaan AI untuk menggunakan materi yang tersedia daring tanpa menghormati hak cipta jika mereka menggunakannya untuk penambangan teks atau data.

Program AI generatif menambang, atau mempelajari, dari sejumlah besar data seperti teks, gambar, atau musik daring untuk menghasilkan konten baru yang terasa seperti dibuat oleh manusia.

Proposal tersebut akan memberi seniman atau kreator apa yang disebut "reservasi hak" - kemampuan untuk memilih menolaknya.

Namun, para pengkritik rencana tersebut percaya tidak mungkin bagi seorang penulis atau seniman untuk memberi tahu ribuan penyedia layanan AI yang berbeda bahwa tidak ingin konten mereka digunakan dengan cara itu, atau untuk memantau apa yang telah terjadi pada karya mereka di seluruh internet.


(ass/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO